Pemerintah Jamin APBN Tak Jebol
Senin, 21 Maret 2011 – 02:01 WIB
Bank Dunia memperkirakan, jika harga minyak mentah dunia bergerak ke titik harga USD 120 per barel, subsidi BBM bisa membengkak hingga Rp 200 triliun. "Kalau tidak di-adjust, pasar akan berpikir budget tidak tahan," kata Chatib.
Chatib mengatakan, ketika pasar berpikir APBN tidak akan mampu menahan kenaikan harga minyak, akan muncul ekspektasi kenaikan harga. Hal tersebut akan memicu ekspektasi inflasi. Jika ekspektasi inflasi naik, yield atau imbal hasil obligasi negara akan naik dan berujung pada jatuhnya harga. "Sebelum harga jatuh, investor akan melepasnya. Ini yang membuat potensi reversal (pembalikan) modal," kata Chatib.
Padahal, lanjut dia, aliran modal masuk lebih banyak digunakan untuk mengoleksi surat utang negara. "Modal yang masuk hingga 1,6 persen GDP itu ke bond. Kalau terjadi flow keluar, itu terjadi di bond," katanya. Jika itu terjadi, stabilitas makroekonomi terutama dari sisi fiskal akan terganggu. (sof)