Pemikiran Geopolitik Soekarno Tak Bisa Dilepaskan dari Ide Bung Hatta
jpnn.com, JAKARTA - Doktor geopolitik Universitas Pertahanan (Unhan) RI Hasto Kristiyanto menilai pemikiran bebas aktif Soekarno tak bisa dilepaskan dari sosok Bung Hatta.
“Pemikiran Geopolitik Soekarno tidak terlepas dari pemikiran Bung Hatta,” kata Hasto memberikan Orasi Ilmiah berjudul “Eksistensi Pemikiran Geopolitik Soekarno untuk Ketahanan Nasional” di Universitas Negeri Padang (UNP), Minggu (3/7).
Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan itu menerangkan Bung Hatta pernah menyampaikan teori geopolitiknya yang dikenal dengan Mendayung di Antara Dua Karang saat Perang Dingin.
Hasto menilai pemikiran itu merupakan konsepsi kebijakan luar negeri bebas aktif, yang terbukti relevan hingga sekarang.
Hasto menyampaikan mempelajari pemikiran geopolitik Indonesia, tidak bisa terlepas dari tradisi intelektual para pendiri bangsa. Bung Karno dan Bung Hatta hadir sebagai perpaduan pemimpin negarawan dan pembelajar yang baik.
Sebagai sosok pembelajar, mereka terus bergulat dengan buku sebagai jendela pengetahuan. Buku dipelajari secara kritis, sehingga mereka melakukan dialog imajinasi dengan tokoh-tokoh dunia dan kemudian membumikan dalam realitas kehidupan berbangsa, lalu mencari arah masa depan.
“Dwitunggal Soekarno-Hatta melahirkan pemahaman tentang kebijakan politik luar negeri bebas aktif. Dengannya, bangsa Indonesia membangun rasa percaya sendiri untuk menjadi pemimpin di antara bangsa-bangsa,” ujar Hasto.
Hal itu terbukti dengan penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA), Gerakan NonBlok (GNB), hingga Conferences of the New Emerging Forces (CONEFO).