Pemimpin Hong Kong Bersembunyi Saat Rakyat Mengamuk di Jalan
jpnn.com, HONG KONG - Kemarin, Senin (1/7) Hong Kong memperingati kembalinya negeri itu ke pangkuan Tiongkok. Namun, yang terjadi tak bisa disebut perayaan. Rakyat Hong Kong kembali menggelar aksi protes untuk menekan Chief Executive Hong Kong Carrie Lam. Di pengujung hari, demonstran merangsek masuk ke Gedung Parlemen Hong Kong dan melakukan aksi anarki di dalam sana.
Ratusan pemuda mulai mulai nongkrong sebelum sinar matahari menimpa gedung-gedung pencakar langit. Mereka mengepung Hong Kong Convention and Exhibition Centre di Wanchai saat pagi hingga siang. Gedung tersebut menjadi sasaran karena adanya keputusan pemerintah untuk menggelar upacara pengibaran bendera.
"Lengserkan Carrie Lam," teriak para pendemo, menurut South China Morning Post.
Agence France-Presse melansir, eskalasi aksi kian tak terkendali saat malam mulai tiba. Demonstran masuk ke Gedung Parlemen. Mereka mencoret-coret tembok kantor dewan perwakilan rakyat tersebut. Sebagian pendemo, masih mengenakan helm dan payung, mencoba merusak emblem simbol parlemen yang menggambarkan penyatuan dengan Tiongkok tersebut. Mereka mencoba menutupinya dengan bendera Hong Kong yang di dalamnya masih terdapat bendera persemakmuran Inggris.
BACA JUGA: Gelombang Demonstrasi Membesar, Hong Kong di Ambang People Power
Selama beberapa pekan ini, aksi demonstrasi yang dipicu ketidakpuasan pada RUU Ekstradisi itu berlangsung cukup aman. Namun, unjuk rasa itu ternodai oleh sebagian peserta aksi, yang mayoritas kaum muda bertopeng, yang mendobrak masuk Gedung Parlemen.
"Demonstrasi anarki itu tidak ada? Yang ada adalah tirani yang kami lawan," kata salah satu spanduk yang dibentangkan di podium gedung tersebut.
Setiap 1 Juli adalah peringatan pergantian kekuasaan. Dua puluh dua tahun silam, Inggris menyerahkan kewenangan wilayah tersebut kepada Tiongkok. Sebagai syarat, Inggris meminta Hong Kong mempertahankan sistem demokrasinya selama 50 tahun.