Penalti Kontroversial Warnai Kemenangan Liverpool di Final Liga Champions
"Itu kesalahan di pihak wasit. Bola mengenai dada Sissoko dan lengannya," kata Andujar kepada Radio Marca.
"Tindakan itu tidak seharusnya berbuah penalti. Itu sepenuhnya tidak disengaja," imbuhnya.
Pertandingan berlanjut. Liverpool unggul 1-0.
Setelah gol tersebut, Tottenham lebih banyak menguasai bola, meski hanya berkutat di daerah pertahanan sendiri. Entah kenapa tidak mencoba melakukan gebrakan, di saat performa Liverpool dalam laga ini sejatinya tidak ganas seperti biasa. Gol kedua Liverpool, gol yang membunuh permainan. Itu tercipta pada menit ke-87 oleh pemain pengganti Divock Origi.
???? A sub has scored in 5 of the last 6 finals!
? Marcelo (2014)
? Carrasco (2016)
? Asensio (2017)
? Bale (2018)
? ORIGI 2019#UCLfinal pic.twitter.com/9yj4CKDJtO — UEFA Champions League (@ChampionsLeague) June 1, 2019
Liverpool pun akhirnya mengukuhkan diri sebagai Raja Eropa musim ini. Gelar yang keenam buat mereka setelah 1977, 1978, 1981, 1984 dan 2005. The Reds kini berada di peringkat ketiga 'klasemen juara Liga Champions' setelah AC Milan (tujuh kali) dan Real Madrid (13). (adk/jpnn)