Pencarian AirAsia Terkendala Cuaca, Tim SAR Gelar Operasi Fajar
jpnn.com - OPERASI Pencarian korban dan bangkai pesawat AirAsia QZ8501 memasuki hari ke-10. Tim SAR gabungan Basarnas, TNI-Polri dan tim dari berbagai negara masih terus mencari. Namun kondisi cuaca di Selat Karimata berubah-ubah seringkali menghadang misi kemanusiaan ini.
Ombak di permukaan laut dan arus di dalam air kerap menjadi halangan utama. Penyelam juga tak bisa turun ke laut, arus air mencapai 2 – 5 knot memaksa mereka naik kembali tanpa hasil.
Solusinya, Kepala Badan SAR Nasional Marsekal Muda TNI F Henry Bambang Sulistyo menggerakkan armada laut ke lokasi pencarian pada malam hari. Alasannya, cuaca buruk sering terjadi pada siang hari diiringi dengan ombak besar.
Memberangkatkan kapal saat petang diyakini bisa mengefisiensi waktu untuk memulai evakuasi. Pasalnya, kapal akan sampai di titik pencarian dan mulai bekerja sebelum siang.
"Kita sudah mulai tadi malam, saya menggerakkan kapal-kapal supaya pagi ini mereka sudah sampai. Jadi bukan gerakkan pagi lalu siang baru sampai, saya ga mau itu. Saya bertarung dengan waktu, saya bertarung dengan cuaca," ujar Sulistyo di Kantor Pusat Basarnas, Kemayoran (6/12).
Dijelaskan, sudah ada lima kapal yang diberangkatkan yakni KRI Sultan Hasanuddin, KRI Usman Harin, KN Geo Survey, KN Baruna Jaya dan KN Crest Onyx. Armada laut itu menuju area konsentrasi pencarian yang diberi kode titik 5 atau area prioritas satu. Hanya saja, lokasi yang disebutkan bergeser ke sebelah barat dengan luas 100 nautical mile berkode area prioritas dua.
Ditargetkan, kapal-kapal yang dilengkapi dengan sonar dan pinger locator itu bisa membawa hasil temuan baru. Singapura juga mengerahkan dua kapalnya untuk membantu pencarian di area prioritas dua. "Di sektor prioritas kedua tugasnya mencari sasaran di bawah air entah itu bagian badan pesawat maupun blackbox," kata Sulistyo. (adn/indopos)