Pengakuan 17 WN Iran yang Direkrut Jadi Spion CIA, Mengejutkan
jpnn.com, TEHRAN - Kementerian Intelijen Iran mengungkap informasi tentang 17 agen CIA yang berhasil ditangkap beberapa waktu lalu. Menurut dokumen yang beredar, para spion yang semuanya warga negara Iran itu ditawari berbagai hal menggiurkan, asalkan mau menjual rahasia negara kepada Amerika Serikat.
"Di penjara, mereka menyebut tawaran menggoda CIA termasuk pindah ke AS dan mendapat pekerjaan bagus di sana, serta uang," demikian laporan kementerian tersebut yang dikutip CNN, Senin (22/7). Mereka kemudian menyebut metode perekrutan yang digunakan, yakni jebakan visa bagi warga Iran yang hendak bepergian ke AS.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo saat hadir di acara Fox & Friends mengatakan bahwa perlu sikap kehati-hatian dalam menanggapi pernyataan Teheran tersebut. "Rezim Iran memiliki sejarah panjang kebohongan. Sementara saya akan menerima laporan itu sembari terus mencari kebenaran atas laporan mereka," tegas Pompeo.
BACA JUGA: Iran Beri Peringatan Serius untuk Inggris
Presiden Donald Trump sebelumnya sempat mengeluarkan bantahan melalui kicauannya di Twitter dengan menyebut klaim yang dibuat Iran tidak benar. "Laporan Iran sudah menangkap agen rahasia CIA benar-benar ngawur. Sama sekali tak ada kebenarannya," ujar Trump.
Namun, pernyataan Trump itu malah mendapat kritikan dari mantan agen CIA Ned Price yang menuturkan, seharusnya pemerintah tidak perlu menanggapi klaim itu.
Trump mengumumkan keluar dari perjanjian nuklir 2015. Kemudian Washington membuat kebijakan dengan menerapkan sanksi kepada Iran, dan dibalas dengan pengayaan uranium melebihi kesepakatan dalam perjanjian 2015. Juni lalu, Trump sempat membatalkan serangan udara yang diperintahkannya sendiri sebagai balasan setelah Iran mengumumkan sudah menembak jatuh drone AS.
Tensi kemudian berkembang ketika Marinir Inggris menyerbu kapal tanker super di perairan Gibraltar Juli ini karena diduga melanggar sanksi Uni Eropa. Teheran melalui Garda Revolusi menanggapi dengan mengumumkan penangkapan kapal tanker berbendera Inggris di Selat Hormuz. (MEL/rmco)