Pengakuan Istri Santri Dimas Kanjeng yang Terbunuh
“Alasannya, nasi tidak boleh dimakan karena belum ada lauk-pauknya, belum matang. Alasan padepokan selalu seperti itu,” lanjut Bibi.
Nah, Ismail selalu mendesak, daripada menunggu lauk matang, kenapa tidak nasi yang ada saja disuruh makan? Yang penting ada ganjal untuk perut. Kalau nanti lauknya matang, tinggal menyusulkan.
“Lah, pidato-pidato dia, saran-saran dia yang seperti itu yang menimbulkan pro dan kontra. Dan orang-orang di sekitar Kanjeng menyebut Ismail sebagai santri kurang ajar, murtad, berani ngatur-ngatur guru,” ujarnya.
Dari situlah awal permasalahannya. Menurut Bibi, santri-santrinya yang intelek yang memanfaatkan keadaan dengan memprovokasi santri yang awam.
Diembuskan bahwa uang tidak cair karena Ismail. Karena menentang guru. Ismail dijadikan kambing hitam.
“Namun, sejak Ismail hilang, kenapa ganti Ghani yang dikambinghitamkan? Sekarang sudah gak ada Ghani (Abdul Ghani juga mati dibunuh) juga, siapa yang mau dikambinghitamkan?” ujarnya. (pri/jpg/c9/nw/jpnn)