Pengalaman Baru Tim Ekspedisi NKRI 2015
Temukan Tumbuhan Langka dan Fosil Kerang RaksasaYang lain adalah penemuan sejenis sukun dengan varian genetis baru di Bima. Peneliti LIPI yang juga anggota Tim Ekspedisi NKRI Inggit Puji Astuti mengungkapkan, ada satu temuan yang juga menarik, yakni buah sukun. Sukun itu berbeda dengan biasanya yang bulat. Sukun tersebut lonjong dan cukup besar. ”Saya ahli tumbuhan, sejak awal memprediksi ini baru,” ucapnya.
Awalnya Inggit melihat di dekat pos tim ekspedisi ada pohon sukun yang berbeda. Setelah diperiksa, pohon sukun itu memang secara genetis memiliki perbedaan dari sukun yang lainnya. Ternyata, di Bima sukun seperti itu sudah biasa. Namun, belum ada yang sadar bahwa itu berbeda. ”Penemuan ini untuk ilmu pengetahuan sangat berharga,” tegasnya.
Bila diteliti lebih lanjut, bisa diketahui bagaimana kandungan sukun tersebut. Apakah ternyata tahan hama atau justru protein dan vitamin lainnya lebih tinggi. ”Tentu bisa digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” tutur dia.
Bukan hanya itu, Tim Ekspedisi NKRI juga menemukan daerah yang memiliki kandungan mineral berharga. Yuri menambahkan, di sebuah daerah yang tidak bisa disebutkan, tim itu menemukan kandungan mineral. ”Setelah dicek sampelnya, dipastikan jumlahnya cukup banyak,” katanya.
Temuan tersebut kemudian dilaporkan ke pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Hal itu tentu bisa digunakan untuk masyarakat. ”Kandungan mineral apa saya tidak bisa sebut. Itu nanti bisa membuat hal yang tidak diinginkan terjadi,” ujarnya.
Yuri menjelaskan, sebenarnya begitu banyak potensi wisata yang belum tergali di Indonesia Timur. Salah satunya adanya pantai pasir putih dengan gua di pantainya. ”Daerahnya saya lupa. Tapi, temuan pantai tanpa nama ini bisa menjadi objek wisata yang sangat menarik. Bahkan, kalau dibandingkan dengan Bali, keindahannya setara,” paparnya.
Ekspedisi NKRI tersebut tidak hanya menemukan potensi daerah, tapi juga berupaya memberikan potensi. Contohnya penanaman pohon kelor seluas 65 hektare di perbatasan Indonesia dengan Timor Leste. ”Pohon kelor itu sebenarnya bermanfaat untuk berbagai hal, misalnya penyakit jantung, lalu bisa untuk parfum, sabun, dan kosmetik,” terangnya.
Penanaman tersebut merupakan gagasan Danjen Kopassus Mayjen Doni Monardo selaku pemimpin ekspedisi NKRI 2015. Yuri menjelaskan, penanaman pohon kelor itu ke depan bisa jadi membuat masyarakat memiliki potensi ekonomi baru. ”Sebab, harga serbuk daun kelor tersebut sangat mahal. Bahkan, setelah dicek di laboratorium, daun kelor di daerah perbatasan itu kualitasnya yang terbaik di dunia,” tandasnya.