Pengamat Apresiasi Menteri ESDM Bahlil Konsisten Menggenjot Hilirisasi Tambang Lewat Pembangunan Smelter
“Kemudian yang kedua dengan dibangunnya smelter tadi yang sebagian besar dari investor dalam negeri, saya kira ini juga cukup bagus untuk mengurangi dominasi dari smelter asing China khususnya,” ujar Fahmy.
Dia menilai banyaknya pilihan akan tercipta keseimbangan mekanisme pasar dalam menentukan harga misalnya itu positifnya.
Lebih lanjut, Fahmy meminta peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak berhenti hanya pada pembangunan smelter atau hilirisasi, tetapi juga perlu dibentuk ekosistem industri hilirisasi yang menghasilkan produk jadi untuk diekspor.
Menurut Fahmy, hal tersebut akan memberikan nilai tambah yang signifikan bagi Indonesia.
“Hanya membangun smelter saja tidak cukup. Misalnya, hilirisasi nikel mentah yang diolah di smelter menjadi produk pertama atau kedua untuk diekspor, nilai tambahnya masih rendah. Yang harus dilakukan adalah membangun smelter sebagai tahap awal, kemudian mendorong terbentuknya ekosistem industri yang mengolah bahan dari hulu sampai hilir,” paparnya.
Fahmy mencontohkan terbentuknya ekosistem industri hilirisasi dapat mendorong Indonesia menciptakan mobil listrik nasional.
“Misalnya nikel dari biji nikel sampai ke mobil listrik misalnya nah kalau itu terbentuk dengan baik dan saling terkait maka itu akan menampilkan tidak hanya nilai tambah tetapi kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi akan sangat besar,” urainya.
“Saya kira yang dilakukan Bahlil selaku menteri ESDM itu mendorong tadi terbentuknya ekosistem dari sejumlah industri yang saling terkait, jadi misalnya smelter itu bahan bakunya adalah biji nikel kemudian dirubah menjadi bahan baku stainless misalnya atau misalnya jadi bahan baku mobil listrik atau kemudian baterai misalnya,” imbuh Fahmy.