Pengamat Bilang Pemilu 2019 Milik NasDem, Lo Kok Bisa?
jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno menilai Pemilu 2019 secara tidak langsung dimiliki NasDem. Ketika partai-partai lain gagal mendongkrak suara di Pemilu 2019, perolehan suara NasDem justru melonjak.
Pada Pemilu 2014 NasDem masuk ke parlemen dengan elektabilitas sebesar 6,7 persen. Kini, berdasarkan data yang ada di laman KPU, NasDem berhasil melesat ke urutan keempat partai peraih suara terbanyak dengan raihan suara sebesar 10,26 persen.
"Suka tidak suka, Pemilu 2019 ini sebetulnya milik NasDem. Dari 2014 yang cuma 6,7 persen menjadi sepuluh persen berdasarkan penghitungan sementara dari Komisi Pemilihan Umum (KPU)," kata Adi saat dikonfirmasi, Jumat (25/4).
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia ini menuturkan setidaknya ada tiga faktor yang membuat NasDem mampu meraih hasil positif dalam Pemilu 2019. Pertama sikap politik tanpa mahar. Kedua, penentuan caleg tiap daerah pemilihan. Ketiga, konsistensi NasDem sebagai partai pendukung pemerintahan Jokowi.
"Ini tidak terlepas dari berkah NasDem yang sejak awal menjadikan Jokowi sebagai brand yang terus dijaga NasDem sejak awal. NasDem sama sekali tidak khawatir mengusung Jokowi," tuturnya.
(Bacalah: NasDem Kerahkan 1,6 Juta Saksi Kawal Suara Jokowi - Ma'ruf)
Kenaikan electoral itu terlihat dengan cara NasDem memilih caleg-caleg untuk bertarung di setiap dapil. NasDem mengusung caleg yang berpotensi besar menang di tiap dapil. Tidak adanya mahar politik, menjadi magnet bagi para politisi untuk menjadikan NasDem sebagai kendaraan politik mereka.
"Banyak juga caleg yang sukarela pindah ke NasDem. Mulai dari kepala daerah, mantan kepala daerah maupun para caleg petahana dari partai lain. Itu artinya NasDem memiliki satu daya tarik sebagai kendaraan politik di mata politikus," tutur Adi.