Pengamat LIPI: Tanah Bergerak Lagi jika Curah Hujan Tinggi
jpnn.com - JAKARTA--Hingga Selasa (16/1), bencana tanah longsor di Dusun Jemblung, Desa Sampang, Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah telah menelan korban jiwa lebih dari 60 orang.
Menurut Dr Adrin Tohari dari Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), ada dua aspek penyebab longsor Banjarnegara yakni kemiringan lahan yang terjal dan curam serta aliran air.
“Aliran air dari atas juga sangat besar. Debitnya mencapai satu liter per menit karena ada lima titik mata air,” terang Adrin dalam siaran persnya yang diterima JPNN.
Selain itu, tingginya curah hujan menjadi aspek pemicu longsor yang menimbun Sekitar 40 rumah yang dihuni sekitar 300 jiwa dari 53 kepala keluarga. “Dari data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) 11 hari sebelum kejadian, curah hujan di kawasan tersebut mencapai 50 persen dari rerata curah hujan di kawasan tersebut,” paparnya.
Curah hujan mencapai 103,8 milimeter per hari, sementara normalnya adalah 70 milimeter per hari. Saat ini, kondisi longsoran tanah di lokasi bencana yang mencapai ketebalan 10 meter dilaporkan stabil dan tidak bergerak. “Namun harus diwaspadai jika hujan kembali turun,” ujar Adrin.
Dijelaskannya, yang harus diwaspadai adalah adanya dua gawir atau tebing curam yang terbentuk dari longsoran di sisi barat dan timur lokasi.
Gawir di sisi timur ini membentuk kolam tampungan aliran air dari atas seluas sekitar 90 meter persegi. Di bawah kolam terdapat material longsoran lebih dari 1000 meter kubik yang bisa menimbulkan longsor susulan bila air meluap.
Untuk rekomendasi awal, dirinya menyarankan agar dibangun jaringan pipa di kolam tadi untuk membuang air agar tidak terjadi longsor susulan.