Pengamat: Mapel Sejarah Dihilangkan, Apa Bung Karno Mau Dilupakan?
jpnn.com, JAKARTA - Pengamat dan Praktisi Pendidikan Dudung Nurullah Koswara terus mengkritisi rencana pemerintah menghilangkan mata pelajaran (mapel) Sejarah dalam kurikulum nasional. Walaupun rencana tersebut dibantah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Menurut Dudung, tanda-tanda menghilangkan mata pelajaran sejarah sangat jelas terlihat. Bila pengaborsian mata pelajaran sejarah karena ketidaktahuan dan wawasan yang kurang, tidak terlalu masalah.
"Namun bila ada indikasi niatan dan modusan maka akan berdampak pada dua masalah besar," kata Dudung kepada JPNN.com, Minggu (20/9).
Pertama, nilai-nilai kesejarahan terkait keteladanan kepahlawanan dan nasionalisme akan melemah. Kedua kelak akan lahir generasi “tak tahu diri”.
"Generasi tak tahu diri adalah generasi yang tidak tahu dirinya sebagai bangsa apa? Siapa diri dan leluhur bangsanya. Padahal untuk mengetahui Tuhan saja dimulai dari mengetahui siapa diri kita dahulu," ujar Dudung yang juga guru Sejarah ini.
"Mengetahui siapa diri kita maka kita akan tahu siapa Tuhan kita. Menghilangkan dan mengaborsi mata pelajar sejarah dalam “modus” menjadi mata pelajaran pilihan bukan mata peajaran wajib, sama dengan kejahatan kebudayaan," sambungnya.
Lebih lanjut dikatakan, manusia wafat karena COVID-19 adalah sebuah takdir. Namun bila mata pelajaran sejarah terkena “Covid Modus” bukanlah takdir. Bisa jadi malah diduga sebuah permufakatan atau konspirasi yang menganggap bangsa yang cinta sejarah adalah jadul dan tidak move on.
"Ini bahaya dan masalah! Jas Merah kata Bung Karno! Apa Bung Karno pun akan dianggap tidak pernah ada?" serunya. (esy/jpnn)