Pengamat Sebut Sudah Lama Pelajaran Sejarah Mau Dihilangkan
jpnn.com, JAKARTA - Pengamat dan praktisi pendidikan Dudung Nurulah Koswara tidak gembira dengan klarifikasi Kemendikbud bahwa mata pelajaran (mapel) sejarah tetap dipertahankan. Sebab, sudah sejak lama mapel ini akan dihilangkan.
"Ada satu jenis tindakan aborsi yang sangat berbahaya dan sangat berisiko tinggi hadirnya cacat mental kebangsaan. Cacat nasionalisme, nir kepahlawanan dan nir adab. Tiada lain adalah aborsi sejarah suatu bangsa dalam sebuah kurikulum di dunia pendidikan," kata kepala SMAN 1 Parungpanjang ini kepada JPNN.com, Sabtu (19/9).
Dia melanjutkan, bila seorang ABG gagal aborsi maka bisa melahirkan cacat fisik seorang anak. Namun, upaya aborsi mata pelajaran sejarah di dunia pendidikan adalah dosa tak terampuni.
Sebagai sarjana sejarah, guru sejarah dan pengurus organisasi profesi guru di tingkat nasional, Dudung mengaku sudah lama merasa geli.
"Tanda-tanda aborsi itu sudah ada sejak lama, bahkan sebelum Presiden Jokowi dan Nadiem Makarim menjadi Presiden dan Menteri. Bukankah mata pelajaran sejarah tidak diolimpiadekan? Bukankah dahulu tidak ada OGN sejarah? UN pun tidak ada mata pelajaran sejarah!," tegas Dudung.
Dudung mengaku pernah berdebat dengan Anas M. Adam yang saat itu menjabat di Kemendikbud. Dia protes, mengapa dana negara mengalir miliaran rupiah untuk OSN dan OGN nir pelajaran sejarah?
"Mengapa mata pelajaran sejarah. Guru sejarah dan siswa IPS peminat sejarah tidak difasilitasi dalam OSN Sejarah. Bangsa dan birokrasi Malin Kundang cenderung mengabaikan sejarah," kritiknya.
Ketua PB PGRI ini menerima pengaduan tentang mata pelajaran sejarah di SMK yang mulai diabors. Tanpa sejarah, suatu bangsa akan bermasalah. Bangsa tuna atau nir sejarah adaah bangsa yang tak punya nilai kebangsaan. Bahkan tanpa mengisahkan sebuah sejarah masa lalu, para Nabi sekali pun akan sulit diterima jamaah atau suatu kaum.