Pengamat: Masa Depan Demokrasi Terancam Gegara Politik Dinasti ala Jokowi
Dia menyebut bahwa tampilnya politik gagasan, integritas, dan kualitas rekam jejak menjadi sangat penting pada Pemilu 2024.
“Sementara kampanye pilpres banyak didominasi oleh politik gimik seperti joget gemoy yang tidak menampilkan substansi politik sama sekali," kata Airlangga.
Hal tersebut juga memperlihatkan mengapa pemilih banyak yang masih mudah berubah atau swing voter sebesar 44 persen dan undecided voter 8,7 persen. Hal itu memperlihatkan publik masih tidak puas dengan kampanye pilpres yang disuguhkan.
Airlangga pun menyoroti soal tingginya kekhawatiran publik terhadap bahaya politik dinasti di masa depan atau sebesar 60 persen, yang mana corak kekuasaan negara dibangun berdasarkan atas model dinasti sejalan dengan penolakan terhadap Presiden Joko Widodo (72 persen) yang ingin membangun politik dinasti.
“Itu memperlihatkan pemahaman bahwa telah terjadi persoalan etis dan pencederaan demokrasi, problemnya adalah bagaimana membangun kekhawatiran terhadap problem pelemahan demokrasi ini menjadi bagian kesadaran kritis masyarakat sipil,” urai dia.
Apalagi hal ini ditambah oleh kekhawatiran publik atas intervensi aparat negara sebesar 47 persen yang dapat menciderai pemilu yang jujur dan adil serta membajak jaminan atas jaminan hak politik rakyat
Adapun survei dari ASI digelar secara tatap muka dengan metode penarikan sampel multistage random sampling.
Jumlah sampel 1.200 responden dengan margin of error sekitar 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. (cuy/jpnn)
Video Terpopuler Hari ini: