Pengamat Pendidikan: Tunggu Saatnya Sekolah Favorit Megap-megap
jpnn.com, JAKARTA - Pengamat dan Praktisi Pendidkan Muhammad Nur Rizal mengungkapkan keberadaan sekolah kecil dan tidak favorit akan menyelamatkan pendidkan di Indonesia.
Sebab, sekolah-sekolah pinggiran, berdaya kecil, dana minim yang justru bertahan di era VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity) atau revolusi industri (RI) 4.0.
"Saat ini masih sulit menghilangkan mindset sekolah favorit dan tidak favorit. Belum lagi fenomena sekolah pinggiran yang minim siswanya sehingga kesulitan untuk meningkatkan kualitas dan citra di masyarakat. Namun, kondisi ini akan berbalik di era VUCA," kata Rizal dalam webinar Blended Learning ala Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) yang disiarkan di channel YouTube, Kamis (25/6).
Dia mengungkapkan, riset menunjukkan sekolah yang akan selamat dan adaptif di era VUCA (RI 4.0) adalah yang kecil, bukan besar atau favorit.
Sebab, sekolah-sekolah kecil cenderung tidak terbebani dengan kondisi masa lalunya. Lalu memilih membuka diri dengan kebaruan, gesit bertransformasi dan adaptif dengan perubahan yang cepat dan tak menentu. Berbeda dengan sekolah besar dan favorit, kondisinya akan megap-megap.
"Dunia masa depan adalah dunia yang penuh gejolak perubahan, kompleks yang memerlukan proses adaptasi cepat. Oleh karena itu sasaran GSM adalah sekolah kecil, pinggiran dan tidak favorit," tutur dosen Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) ini.
Rizal menjelaskan, aksi GSM dimulai dengan mengajak sekolah terdekat, di desa sekaligus membuka pendaftaran. Syaratnya sekolah negeri atau swasta pinggiran, bukan favorit.
Karena harus ada keberpihakan kepada kaum yang terpinggirkan oleh sistem agar gap kualitas dan proses pendidikan antarsekolah di Indonesia semakin berkurang yang ujungnya dapat membangun kesetaraan pendidikan berkualitas.