Pengamat Sebut Golkar Mesti Waspadai Elektabilitas Airlangga
"Jadi partai politiknya jadi kurang diminati publik jika misalnya mencalonkan Airlangga sebagai calon presiden," tuturnya.
Terlebih, lanjut Ray, saat ini punya dua peran yang membutuhkan fokus tinggi. Jika Airlangga masih menjadi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian maka akan sulit untuk mengejar ketertinggalannya dalam hal elektabilitas.
"Saya kira kalau Airlangga rangkap jabatan sebagai ketua partai dan menteri agak sulit. Karenanya tinggal dipilih saja meninggalkan yang mana supaya beliau bisa lebih fleksibel, karena kalau sekarang mau tidak mau harus mengurusi kementerian," imbuhnya.
Ray pun menyarankan agar Partai Golkar untuk tidak terlalu memaksa Airlangga Hartarto untuk diusung menjadi capres di Pilpres 2024 mendatang.
"Golkar jangan terlalu memaksa mencalonkan Airlangga sebagai calon presiden dengan elektabilitasnya yang seperti itu. Jadi harus terbuka untuk berbagai kemungkinan," ujar Ray.
Inisiator Gerakan Muda Partai Golkar (GMPG) Sirajuddin Abdul Wahab sebelumnya mengatakan elektabilitas Airlangga Hartarto memprihatinkan. Data survei Voxpol Center yang menyebutkan Airlangga Hartarto hanya mendapatkan 0,8 persen, sementara di Indikator Politik Indonesia sebesar 0,2 persen.
"Selain elektabilitas yang defisit, hal ini diperparah dengan elektabilitas ketua umum yang diusung menjadi capres yang memprihatinkan dan memalukan," ujar Sirajuddin dalam jumpa pers di kawasan Jakarta Selatan, Jakarta, Kamis (13/1).
Menurut Sirajuddin, buruknya elektabilitas Airlangga Hartarto ini berdampak secara sistematik dan epistemik terhadap citra Partai Golkar. Baliho yang ditebar, lanjutnya, tak banyak merubah elektabilitas.