Pengamen Terima Duit Nontunai, Siswa Belajar di Ruang Maya
Semisal, ada seseorang yang ingin membangun kafe. Mereka bisa membuka data trotoar Melbourne untuk menentukan lokasi. Tepatnya, memeriksa jalan apa saja yang ramai pejalan kaki.
Data itu juga bisa dimanfaatkan untuk penelitian, bisnis, dan perumusan kebijakan. "Karena itulah, sejak 2014, kami menerapkan kebijakan open data. Yakni, membuka data-data nonpersonal ke publik," imbuhnya.
Dalam server Melbourne, ada lebih dari 200 data berbagai kategori yang terkumpul. Data tersebut diperbarui secara berkala. Data parkir Melbourne, misalnya, dimutakhirkan tiap beberapa menit.
Menurut Megan Cockroft, business development officer pada International & Civil Services Branch, sistem di Melbourne masih perlu dikembangkan lagi. Apalagi, teknologi berubah dengan sangat cepat. Artinya, segala sistem berbasis teknologi juga harus ikut berubah.
Dia lantas mencontohkan teknologi transaksi nontunai alias cashless. Fenomena itu bisa melahirkan dampak negatif. Terutama, bagi komunitas pengamen. Cashless mengancam pendapatan mereka. Sebab, sumber penghasilan mereka adalah uang receh atau kembalian sisa belanja wisatawan.
"Namun, banyak turis sekarang yang lebih memilih membayar pakai kartu kredit atau transaksi nontunai lainnya," ujar Terry Wu, pemegang proyek pengamen nontunai.
Karena itu, pemerintah kota bekerja sama dengan Ali Pay. Kini, memberikan uang ke pengamen bisa dilakukan secara nontunai. Yakni, menggunakan QR code.
Sejumlah pengamen diberi alat penerima kartu serta QR code. Dengan demikian, wisatawan tinggal memindai kode jika ingin memberikan uang kepada pengamen.