Pengikut Dimas Bertahan di Tenda-tenda, Menunggu Perintah Gaib
Mereka sengaja disebar di tengah-tengah pengikut yang lain sehingga seolah-olah pembagian itu benar-benar untuk para pengikut yang beruntung.
Menurut Hermanto, uang yang diberikan tersebut tidak lantas membuat para santri datang semata-mata termotivasi untuk mendapat uang.
’’Sebab, ada persyaratan bahwa jika mendapat uang dari Yang Mulia, yang boleh dipakai untuk kepentingan pribadi hanya 30 persen. Tidak boleh lebih. Jika melanggar, ada akibat gaibnya,’’ ucapnya.
Hermanto menegaskan, para pengikut Dimas Kanjeng umumnya militan. ’’Buktinya, Sabtu malam lalu (1/10) ribuan santri datang. Mungkin karena ada Bu Marwah (Marwah Daud Ibrahim) yang datang bersama anggota komisi III (DPR),’’ ujarnya.
Kunjungan Marwah Daud tersebut penting, kata Hermanto, karena para pengikut tak ingin disamakan dengan Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara), organisasi masyarakat yang ajarannya dianggap sesat oleh MUI dan kemudian dibubarkan.
’’Karena tidak ada yang sesat dalam ritual yang kami lakukan,’’ ucap Wakil Ketua Padepokan Ibrahim Taju.
Menurut dia, tudingan MUI bahwa Padepokan Dimas Kanjeng mempunyai ajaran sesat itu adalah tuduhan tak berdasar.
’’Silakan dicek aktivitas harian kami. Adakah ritual-ritual yang melenceng dari Islam?’’ tandasnya.