Pengorbanan Warga Desa demi 12 Remaja Dalam Gua
jpnn.com, MAE SAI - Misi berhasil. Evakuasi 12 remaja dan seorang pemuda yang terjebak dalam perut Gua Tham Luang Nang Non usai. Kemarin (10/7) lima korban terakhir meninggalkan Chamber 3, area di dalam gua yang menjadi ”rumah” mereka selama 17 hari belakangan. Narongsak Osatanakorn layak diacungi jempol.
Namun, misi menegangkan itu tidak akan berhasil tanpa dukungan warga di sekitar gua. Tepatnya, para petani Mae Sai. Sebab, sejak anak-anak itu dinyatakan hilang pada 23 Juni lalu, mereka terkena dampak serius. Kebanjiran. Bukan karena curah hujan yang tinggi, melainkan air buangan dari dalam gua.
Volume air yang dipompa keluar dari gua tersebut mencapai 180.000 liter per jam. Maka, wajar jika sawah di sekitar gua sepanjang 10 kilometer itu terendam.
”Saya baru saja menanaminya bibit. Esoknya, sawah saya sudah terendam air setinggi setengah meter,” kata Mae Bua Chaicheun sebagaimana dilansir ABC News.
Kendati demikian, perempuan yang tinggal di Desa Ban Nong O itu tidak marah. Sebaliknya, dia malah trenyuh. Dia ikhlas sawahnya terendam dan bibit yang baru saja disemainya rusak asalkan 13 korban yang terjebak di dalam gua selamat.
”Nyawa mereka lebih berharga dari padi. Padi bisa ditanam kembali. Tapi, mereka tidak bisa,” kata Mae. Karena tak lagi mengurusi sawah, dia pun lantas bergabung dalam misi penyelamatan sebagai relawan.
Seperti Mae, hati masyarakat Thailand seakan menyatu dengan para korban. Setiap hari, mereka juga berdebar menantikan kabar terbaru dari gua.
Apalagi, sejak Minggu (8/7), area di sekitar gua disterilkan. Polisi hanya mengizinkan anggota tim inti evakuasi menginjakkan kaki di sekitar mulut gua. Yang lain pun terpaksa menunggu di posko keamanan yang disediakan.