Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Penguatan Optimisme dari Ramadan dan Idulfitri

Oleh: Bambang Soesatyo, Ketua MPR RI

Rabu, 27 Mei 2020 – 09:20 WIB
Penguatan Optimisme dari Ramadan dan Idulfitri - JPNN.COM
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo atau Bamsoet. Foto: Humas MPR RI

Faktor keterbatasan ilmu kedokteran saat itu juga dicatat sebagai penyebab lain sehingga begitu banyak jiwa yang tak tertolong. Dunia pertama kali mengenal antibiotik pada 1928 dan vaksin penangkal flu baru beredar untuk umum pada dekade 40-an.

Setelah pandemi global Flu Spanyol dinyatakan berakhir selepas 1920, dinamika kehidupan manusia secara bertahap mulai pulih. Peradaban terus berkembang hingga dunia memasuki era industri 4.0 sekarang.

Satu abad setelah berakhirnya pandemi Flu Spanyol itu, dunia kembali disergap virus Corona atau Covid-19. Walau pun penularannya terbilang sangat mudah, namun manusia coba memutus rantai penularan Covid-19 dengan pendekatan karantina wilayah atau lockdown. Indonesia menerapkan pembatasan sosial hingga pembatasan sosial berskala besar (PSBB).

Hingga 23 Mei 2020, Universitas John Hopkins di AS mencatat, lebih dari 5,2 juta orang terinfeksi Covid-19 di seluruh dunia, dan tak kurang dari 337.000 pasien meninggal.

Di AS, jumlah yang terinfeksi mencapai 1,6 juta orang, dengan total kematian sekitar 100.000 pasien. Sementara di Indonesia per 26 Mei 2020, jumlah yang terinfeksi 23.165 orang, dengan jumlah meninggal 1.418 pasien. Semua orang berduka menyimak angka-angka kematian itu.

Namun, di saat yang sama muncul semangat untuk terus merawat kehidupan dan mencegah kehancuran. Terus-menerus berdiam diri dan bersembunyi di rumah pada akhirnya akan membuat banyak orang menderita ragam penyakit.

Fondasi bangunan ekonomi pun akan hancur. Kemungkinan terburuk seperti inilah yang harus dihindari oleh semua orang.

Sebagaimana berakhirnya pandemi global flu spanyol pada Desember 1920, pandemi Covid-19 pun akan mencapai titik akhirnya. Masalahnya sekarang adalah sulitnya menghitung durasi pandemi Covid-19 ini.

Manusia yang berakalbudi harus memelihara optimisme sambil bersiasat agar tetap bisa survive. Jangan ragu untuk mempersiapkan pelonggaran PSBB dengan kepatuhan mutlak pada protokol kesehatan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

BERITA LAINNYA
X Close