Penjelasan Brigjen Dedi soal Meningkatnya Kerawanan di Jakarta
jpnn.com, JAKARTA - Polri telah melakukan deteksi dini terhadap tingkat kerawanan di Jakarta pascapencoblosan Pemilu 2019. Disimpulkan bahwa kerawanan di Ibu Kota meningkat karena puncak dari pemilu semuanya bertumpu di Jakarta.
Seperti, penghitungan suara, penetapan hasil pemilu hingga kemungkinan terjadinya gugatan di Mahkamah Konstitusi (MK).
Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Dedi Prasetyo mengatakan, proses akhir pemilu 2019 yang semuanya berada di Jakarta tentu berpengaruh besar. Apalagi, semua itu dikombinasi dengan berbagai kegiatan, penetapan hasil pemilu hingga gugatan. ”Maka Jakarta kerawanannya juga meningkat,” tuturnya.
Setelah proses itu, pada Oktober juga ada agenda pelantikan presiden dan anggota legislatif. Hal tersebut menjadi pertimbangan sebenarnya untuk menarik pasukan Brimob ke ibukota. ”Namun, jumlahnya tidak dipastikan,” jelasnya.
BACA JUGA: Sandiaga Uno Anggap Usul Andre Rosiade Tidak Etis Dibahas Saat Ini
Ada berbagai bentuk kerawanan yang diantisipasi, dari bentrok antar pendukung hingga menjalar ke skala yang lebih luas. Polri telah memperhitungkan jumlah massa dan langkah mitigasinya. ”Khususnya Polda Metro Jaya yang mempersiapkan semua itu,” terangnya.
Dia menuturkan, jumlah pasukan Brimob dari daerah yang digeser ke Jakarta tidak seperti isu yang beredar, 40 ribu personil. Jumlahnya tidak mencapai angka tersebut, sebab setiap daerah juga dilakukan antisipasi kerawanan. ”Pengamanan di daerah juga dilakukan,” paparnya.
Polri juga memiliki operasi lain yang harus dijalankan, yakni Operasi Ketupat. Karenanya, saat ini dilakukan manajemen personel yang semaksimal mungkin agar semua agenda itu bisa diamankan dengan baik. ”Jadi, agenda itu saling bersautan. Selesai satu, ada agenda lain,” tuturnya.