Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Pentolan Volunter Jokowi Ingatkan Pemerintah Tak Tutup Mata soal Uighur

Kamis, 26 Desember 2019 – 02:27 WIB
Pentolan Volunter Jokowi Ingatkan Pemerintah Tak Tutup Mata soal Uighur - JPNN.COM
Presiden Jokowi dan Presiden Xi Jinping melakukan pertemuan bilateral di sela-sela acara KTT G20 di Osaka, Jepang pada Jumat (28/6). Foto: Setpres RI

jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum Relawan Jokowi Bersatu (RJB) Silvia Devi Soembarto mengingatkan pemerintah Indonesia segera membuat pernyataan yang terang dalam menyikapi masalah etnis Uighur di Tiongkok. Politikus Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) itu mengatakan, sikap diam pemerintah bukan solusi atas masalah yang dihadapi etnis muslim di Provinsi Xinjiang tersebut.

“Kami khawatir bila pemerintah berdiam diri, sama saja membiarkan aksi-aksi protes atas tindakan penguasa Tiongkok makin meluas di wilayah Indonesia,” ujar Silvia melalui layanan pesan ke jpnn.com, Kamis (26/12).

Politikus dengan latar belakang ilmu hukum itu menegaskan, konstitusi Indonesia secara jelas menyatakan bahwa kemerdekaan merupakan hak segala bangsa. Menurut Silvia, alinea pertama Pembukaan UUD 1945 dengan tegas menolak penjajahan atas suatu kaum atau bangsa.

“Tindakan semena-mena dan persekusi pemerintah Tiongkok terhadap minoritas Uighur harus dihentikan demi kemanusiaan dan keadilan. Pemerintah Indonesia jangan menutup mata dengan tindakan persekusi terhadap warga Uighur,” tegasnya.

Pentolan Volunter Jokowi Ingatkan Pemerintah Tak Tutup Mata soal Uighur
Ketua Umum RJB Silvia Devi Soembarto. Foto: arsip pribadi.

Silvia menambahkan, Indonesia harus memanfaatkan perannya sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan (DK) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk berada di garda terdepan dalam mengajak dunia menentang tindakan pemerintah Tiongkok terhadap etnis muslim Uighur. Menurutnya, pemerintah Tiongkok harus bisa membedakan warga Uighur yang terlibat separatisme dengan yang sekadar ingin hidup damai di negeri dengan jumlah penduduk terbesar di dunia itu.

“Perlu dipisahkan mana Uighur yang ingin memerdekakan diri dari Tiongkok dengan yang ingin hidup damai. Kasihan sebagian bangsa Uighur yang tidak mengerti akhirnya menjadi korban dan dicap separatis,” tuturnya.

Silvia mendorong pemerintah menjembatani pemerintah Tiongkok dengan para ulama dan tokoh Uighur. ”Sehingga isu Uighur tetap dilihat secara objektif, tidak menjadi liar dan menjurus ke SARA,” pungkasnya.(ara/jpnn)

Sikap diam pemerintah Indonesia dianggap bukan solusi atas masalah yang dihadapi etnis muslim Uighur di Provinsi Xinjiang, Tiongkok.

Redaktur & Reporter : Antoni

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News