Penyelam: Kami seperti Bendera yang Dikibas Angin
SELAT KARIMATA - Upaya pengangkatan ekor pesawat AirAsia QZ8501 yang jatuh di sekitar Selat Karimata kemarin (8/1) belum berhasil dilakukan. Panglima TNI Jenderal Moeldoko yang memimpin langsung evakuasi memutuskan pengangkatan penyelam karena arus bawah laut yang sangat kencang.
Arus bawah laut mulai kencang menjelang siang. Kecepatan arus mencapai 3-5 knot. Visibility dasar laut juga antara 0-1 meter. Kondisi itu yang membuat penyelam gabungan TNI AL kesulitan masuk lebih dalam.
Bagian belakang pesawat yang terbelah akhirnya belum dipasang sabuk dan kantong udara. Sebab para penyelam kesulitan sampai ke dasar laut.
Para penyelam yang diterjunkan kemarin antara lain Letda Laut (KH) Edi Abdilah, Kopda Navigasi (Nav) Kiswanto, dan Kopda telegram (tlg) Anton Sudarmanu. Dua lainnya Kelasi Listrik (lis) Joko Santoso dan Kelasi Kepala Tata Graha (ttg) Kristanto.
"Saat menuruni tali sampai kedalaman 5 meter kami seperti bendera yang dikibas angin," papar Edi di hadapan Moeldoko usai penyelaman sesi ke delapan.
Edi berusaha menyelam lebih dalam meski perlahan. Jarak pandang terbatas berkisar 1-1,5 meter. Penggunaan oksigen pun menjadi lebih boros.
Tidak terasa menapaki menit ke-10, jarum nanometer menunjuk angka 50. Tanda O2 tinggal separo. Tak mau beresiko, Edi cs memilih kembali ke perahu karet. (sep/gun)