Penyelidikan FBI Atas E-mail Clinton Bikin Trump Pede
jpnn.com - IOWA - Meski terlambat sekitar satu jam, calon Presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump percaya diri melempar senyum lebar ke pendukungnya dalam kampanye di Cedar Rapids, Iowa, Sabtu (29/10) pagi.
Ya, hanya berselang 11 hari sebelum puncak pemilihan presiden AS, sang rival, Hillary Clinton, mendapatkan pukulan telak. Biro Investigasi Federal (FBI) membuka kembali penyelidikan mengenai skandal e-mail pribadi yang digunakan selama Clinton menjabat menteri luar negeri. Tentu saja, itu membuat Trump kembali mendapatkan kepercayaan diri. Dia amat yakin bisa membalik kekuatan.
’’Ini adalah skandal terbesar dalam sejarah politik AS setelah Watergate,’’ kata Trump dalam pidatonya di depan sekitar seribu suporter. Fans taipan 70 tahun itu langsung menyambar. ’’Lock her up! Lock her up!’’ sahut mereka dengan gegap gempita.
Trump menjadikan penyelidikan ulang FBI sebagai topik pembuka pidatonya. ’’Saya banyak mengkritik FBI sebelumnya,’’ kata Trump. ’’Tapi, kali ini kredit untuk mereka yang berusaha mengungkap kebenaran dari kesalahan yang mengerikan ini. Keadilan akan ditegakkan!’’
Dia mengklaim mulai unggul di sejumlah negara bagian yang dukungannya masih mengambang. ’’Di Florida kita sudah unggul 2 poin!’’ serunya menyebut negara bagian yang memiliki 29 electoral college tersebut.
Trump juga yakin kini bakal unggul di Iowa dan Arizona. Trump bersumpah untuk berupaya lebih keras dalam mengejar kemenangan hingga hari pemungutan suara pada 8 November. ’’Oh, aku sudah membelanjakan banyak uang untuk itu. Kita akan menang,’’ yakinnya.
Sebelumnya, Direktur FBI James Comey mengirim surat kepada sejumlah legislator senior di parlemen. Surat itu menyatakan bahwa lembaga tersebut tengah memeriksa bukti baru yang diduga terkait dengan e-mail pribadi yang digunakan Clinton saat menjabat menteri luar negeri. FBI menyelidiki apakah bukti baru yang juga berupa e-mail itu akan berdampak pada penyelidikan jaringan komputer Clinton.
E-mail itu diduga terkait dengan penyelidikan Anthony Weiner, mantan anggota kongres yang terlibat dalam sexting, atau SMS mesum, kepada anak di bawah umur. Sebelumnya, FBI tidak merekomendasikan tuntutan hukum.