Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Peran Ponpes Annuqayah di Balik Terkikisnya Carok

Minggu, 08 Oktober 2017 – 14:39 WIB
Peran Ponpes Annuqayah di Balik Terkikisnya Carok - JPNN.COM
Ketua Pengurus Ponpes Kiai Naqib Hasan (kiri) dan Ketua Biro Pengabdian Masyarakat M Zamiel El Muttaqien (kanan). Foto: Ken Girsang/jpnn.com

jpnn.com - PONDOK Pesantren Annuqayah terletak persis di Bukit Lancaran, Desa Guluk-Guluk, Sumenep, Jawa Timur.

Ken Girsang - Sumenep

Lembaga yang didirikan oleh Kiai Moh Syarqawi pada 1887 ini merupakan salah satu ponpes tertua di Pulau Madura.

Tercatat 6.310 santri dan santriwati kini menimba ilmu agama di tempat yang kini memiliki luas 25 hektare tersebut, tempat di mana Presiden Joko Widodo bakal memimpin upacara peringatan 'Hari Perdamaian Internasional' pada Minggu (8/10).

"Maaf, kopinya sudah habis," ujar Ketua Pengurus Ponpes Kiai Naqib Hasan‎ bergurau, mengawali pembicaraan dengan JPNN di pelataran Kompleks ponpes, Sabtu (7/10).

Di antara sejumlah gelas kopi bekas tamu sebelumnya yang masih berserakan, Kiai lulusan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini kemudian memilih duduk lesehan di atas ubin salah satu gedung sederhana, yang selama ini menjadi bagian dari kantor pengurus ponpes.

Penampilannya terlihat sangat sederhana, berbalut baju koko dan sarung. Wajahnya tetap memancarkan senyuman, meski terlihat lelah.

Maklum, selama beberapa hari terakhir Kiai Naqib banyak menerima tamu, menjelang pelaksanaan kegiatan yang diinisiasi oleh Wahid Faoundation bekerja sama dengan UN Women, salah satu badan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.

"Ponpes ini termasuk salah satu yang paling tua. Tradisinya tetap mempertahankan salaf, seperti kajian Kitab Kuning dan keilmuan Islam lainnya. Tapi juga mengakomodasi pola-pola modern dalam hal pendidikan formal. Nah salah satu yang khas itu, kami punya Biro Pengabdian Masyarakat sejak 1978," ucapnya.

Tradisi carok di Guluk-Guluk hingga akhir 1980-an masih sangat kuat. Hampir setiap hari ada saja warga yang terluka. Bahkan tak jarang sampai meregang nyawa.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News