Perempuan Afghanistan Dibikin Buta Gegara Punya Pekerjaan, Ayahnya Malah Membantu Pelaku
Taliban saat ini sedang bernegosiasi di Doha, Qatar, dengan pemerintah Afghanistan untuk berupaya membuat kesepakatan damai.
Banyak pihak memperkirakan Taliban akan secara resmi kembali berkuasa, tetapi proses perundingan berjalan lambat. Selain itu, telah terjadi peningkatan pertempuran dan serangan terhadap para pejabat dan wanita terkemuka di Afghanistan.
"Meskipun situasi perempuan Afghanistan dalam peran publik selalu berada dalam bahaya, lonjakan kekerasan baru-baru ini di seluruh negeri telah memperburuk keadaan," kata Samira Hamidi, juru kampanye Amnesty International Afghanistan.
"Langkah-langkah besar menyangkut hak-hak perempuan di Afghanistan selama lebih dari satu dekade tidak boleh menjadi korban dari kesepakatan damai apa pun dengan Taliban."
Impian Khatera sebagai seorang anak adalah bekerja di luar rumah. Setelah bertahun-tahun berusaha meyakinkan ayahnya, tetapi tidak berhasil, ia mendapatkan dukungan dari suaminya.
Tapi ayahnya, katanya, tidak menyerah untuk menentang keinginan putrinya.
"Sering kali, saat saya pergi bertugas, saya melihat ayah saya mengikuti saya, dia mulai menghubungi Taliban di daerah sekitar dan meminta mereka untuk mencegah saya pergi ke tempat saya bekerja," katanya.
Khatera mengatakan ayahnya memberi salinan kartu identitasnya kepada Taliban, untuk membuktikan bahwa putrinya bekerja untuk polisi.