Perempuan Perokok Pasif Lebih Rentan Terserang Penyakit Paru
jpnn.com - BAHAYA kesehatan yang mengancam perokok pasif hampir sama dengan perokok aktif. Perokok pasif yang menghirup asap rokok terus menerus dan intens risiko berpenyakit paru sama dengan perokok aktif.
“Perempuan perokok pasif lebih rentan terserang penyakit paru daripada perempuan yang tidak (terpapar asap rokok),” ucap dr Ademalla Kirana Nungtjik SpP dilansir Kaltim Post (Grup JPNN.com).
Saat ini, jelas Ade, kanker paru merupakan salah satu penyakit keganasan yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Terutama pasien dengan riwayat terpapar asap rokok yang lama. Umumnya kanker paru baru terdiagnosis di stadium akhir karena sering tidak memberikan keluhan atau gejala.
Perokok pasif masih bisa menyelamatkan diri dengan menghindari asap rokok. Jika memang bekerja di lingkungan banyak perokok, sebaiknya perempuan pandai-pandai menghindari asap rokok. Bahkan, harus berani menegur agar perokok pun bisa menghormati mereka yang tidak merokok.
Tapi, jelas Ade, lebih sulit lagi untuk berhenti merokok. “Kecanduan menghentikan kebiasaan merokok menjadi sangat sulit bagi beberapa orang,” tegas perempuan berjilbab ini.
Penghentian atau pengurangan mendadak merokok seringkali menimbulkan cemas, gelisah, sulit konsentrasi, frustasi, mudah marah, gangguan tidur, hingga depresi. Bahkan, banyak orang terbiasa merokok nafsu makannya akan drastis turun ketika dia belajar berhenti merokok. Jika tak diimbangi olahraga akan berujung ke peningkatan berat badan.
“Perlu terapi atau intervensi medis mulai dari konseling, pengobatan dengan obat anti-adiksi, terapi perilaku hingga hipnoterapi untuk berhenti merokok,” ucap Ade.
Ade mengatakan, paru-paru masih bisa dibersihkan jika ada keinginan berhenti merokok. Namun, waktu yang diperlukan untuk membersihkan paru setelah berhenti merokok bergantung beberapa faktor. Mulai dari faktor usia pertama kali merokok, lama merokok, banyak batang rokok yang diisap setiap harinya dan jenis rokok yang diisap.