Perjuangan Orang Tua Gathfan Habibi Dampingi Anaknya yang Koma Hampir Dua Bulan
Pasrah ke Tuhan, tapi Curigai Tindakan Medis RSNamun, setelah dadanya dipompa lagi, detak jantung Habibi bisa kembali normal. ”Kondisi itu membuat kami deg-degan,” ujar Pitono.
Meski pasrah, Pitono dan Lilik belum bisa menerima sepenuhnya tindakan medis yang membuat Habibi koma hingga sekarang. Mereka curiga ada yang salah dalam tindakan medis sehingga membuat putra mereka tak sadarkan diri hingga saat ini.
”Kami meminta pihak rumah sakit transparan dan bertanggung jawab. Selama ini dokter dan rumah sakit yang menangani tidak pernah menjelaskan secara terbuka kepada kami mengapa anak kami jadi seperti itu,” paparnya.
Semua bermula ketika di paha kiri Habibi terdapat benjolan cukup besar. Saat itu, Habibi masih berusia 3 tahun. Awalnya, Pitono menganggap itu benjolan biasa. Anehnya, kalau benjolan tersebut dipegang, Habibi kesakitan.
Meski begitu, Pitono yakin benjolan itu kelak hilang sendiri. Tapi, keyakinan tersebut meleset. Bukannya hilang, benjolan itu makin besar. Karena itu, setahun kemudian, 4 April 2014, Pitono membawa Habibi ke RSUD Ibnu Sina untuk memeriksakan benjolan tersebut.
Saat itu, dia ditangani dr Budi Setiyawan yang kini pensiun. Kata dokter bedah tersebut, benjolan itu ternyata tumor. Berbagai upaya untuk menghilangkan benjolan itu dilakukan, tapi belum membuahkan hasil nyata.
Pitono dan Lilik pun risau. Karena itu, 24 Desember 2014, Pitono kembali memeriksakan Habibi ke dokter. Kali ini ke dr Yanuar Syam SpAn di Jalan Panglima Sudirman, Gresik. Dokter spesialis anestesi itu menyarankan agar dilakukan operasi pengambilan benjolan di kaki kiri Habibi. Maka, operasi pun dilakukan pada 2 Januari 2015 di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Nyai Ageng Pinatih, Jalan KH Abdul Karim, Gresik.
Nah, sejak operasi itu, Habibi tidak kunjung sadar. Tubuhnya ditutupi selimut tanpa ditunggui perawat. Lilik merasa penasaran, lalu membuka selimut yang menutupi kaki hingga dada Habibi.