Perjuangan Panjang Itu Pun Berakhir, Ruhana Kuddus jadi Pahlawan Nasional
Surat kabar ini menjadi yang pertama yang pemimpin redaksi, redaktur dan penulisnya semuanya perempuan. Cakupan Soenting Melajoe tidak hanya di Minangkabau, tetapi juga beredar di Medan, Pekanbaru, Batavia, Malaka dan Singapura. Ruhana menjadi pemimpin redaksi sampai 1920.
Kisah perjuangan Ruhana masih terus berlanjut di bidang pendidikan dengan mendirikan sekolah Roehana School di Bukittinggi pada 1916, seklaigus menjadi agen mesin jahit Singer serta mengajar perempuan Minang menjahit dan border.
Pada 1921, Ruhana pindah ke Medan dan mengajar di Sekolah "Dharma" Lubuk Pakam, selanjutnya pindah ke Sekolah "Dharma" di Medan, Sumatera Utara. Dia juga menjadi redaktur surat kabar Perempoean Bergerak. Dia tinggal di Medan sampai 1924.
Tahun 1924, dia kembali ke Koto Gadang, Sumatera Barat, dan mengajar di Sekolah Vereeninging Studiefonds Minangkabau (VSM Fort de Kock Bukittinggi), serta menjadi koresponden tetap surat kabar Dagblad Radio yang terbit di Padang. Dia juga menulis untuk surat kabar Tjahaja Soematra.
Tahun 1942 menjadi tahun terakhir dari anak pasangan Mohamad Rasjad Maharajo Soetan dan Kiam, menjadi jurnalis aktif. Dia lantas mendampingi suaminya bernama Abdul Kuddus, menetap di Kota Gadang. Suaminya wafat tahun 1951 karena sakit.
Pada tahun 1953, Ruhana Kuddus ikut tinggal dan berpindah-pindah bersama anak perempuannya yang bernama Djasma Juni ke Padang, Medan, Jakarta, Surabaya dan terakhir kembali ke Jakarta. Dia meninggal di Jakarta, 16 Agustus 1972 dikarenakan sakit dan dimakamkan di pemakaman Karet Bivak Jakarta, pada 17 Agustus 1972. (fat/jpnn)