Pernikahan Arwah Kombinasikan Tradisi Tionghoa dengan Nuansa Horor
"Film ini mengombinasikan tradisi budaya dengan elemen horor yang sarat akan emosi. Kami berharap cerita ini tidak hanya menyajikan pengalaman menonton yang intens, tetapi juga menggugah rasa ingin tahu terhadap aspek-aspek budaya Tionghoa yang jarang diangkat," kata Paul Agusta, Senin (4/11).
Zulfa Maharani berbicara tentang tantangan emosional yang dirasakan demi menghidupkan karakter dalam film Pernikahan Arwah (The Butterfly House).
Menurutnya, Tasya adalah karakter yang tidak hanya menghadapi teror fisik, tetapi juga konflik batin antara rasa cinta dan rasa takut pada hal-hal di luar nalar.
"Peran ini memberi saya kesempatan untuk mengeksplorasi sisi emosional yang lebih dalam, terutama dalam menghadapi sesuatu yang tak terlihat namun sangat terasa. Saya harap penonton bisa merasakan ketegangan dan kompleksitas emosi yang Tasya alami," jelas Zulfa Maharani.
Morgan Oey, sebagai pemeran utama, juga mengungkapkan kedekatan dengan para pemain lain selama proses produksi Pernikahan Arwah (The Butterfly House)
"Kerja sama kami selama syuting membuat kami menjadi dekat, bukan hanya saat syuting tetapi juga di luar lokasi, dan itu sangat membantu saya dalam menciptakan chemistry yang natural di layar," beber Morgan Oey.
Film Pernikahan Arwah (The Butterfly House) dibintangi oleh Morgan Oey sebagai Salim, Zulfa Maharani sebagai Tasya, dan Jourdy Pranata sebagai Febri.
Aktor lain yang turut terlibat dalam film itu yakni termasuk Brigitta Cynthia, Verdi Solaiman, Puty Sjahrul, Amagerald, Alam Setiawan, dan Bonita.