Persekolahan Harus Direvolusi, Konten Pengetahuan Cukup 10%
Rizal menegaskan, untuk menjawab tantangan tersebut, baik policy makers dan guru SMK harus mampu menciptakan ekosistem dan konten baru dengan pendekatan a whole school approach.
Bukan hanya menawarkan program baru seperti DUDI (dunia usaha dunia industri) serta kurikulum baru yang sesuai kebutuhan industri.
Melainkan menciptakan ekosistem dan kondisi di mana anak bisa menjadi dirinya sendiri agar bisa mengeluarkan talenta terbaiknya karena punya gairah (passion) selama belajar di sekolah.
Juga lingkungan belajar yang bisa membuat anak berani memiliki 3D yakni (dream, design, and deliver).
Agar bergairah, lanjutnya, anak tidak diseragamkan kemampuan dan bakatnya.
Namun diberi ruang untuk punya mimpinya sendiri bagi masa depannya, dengan diberikan banyak pilihan dalam meracik kurikulum dan target belajarnya di sekolah.
Di samping berbagai skenario bagaimana mereka belajar sesuai kekuatan yang dimilikinya sendiri.
"Skenario ini akan meningkatkan ketrampilan anak dalam mendesain dan menjalankan proses belajar untuk mencapai mimpinya secara sistematis dan konsisten," kata pendiri Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) ini.