Pertamina Berpeluang Tambah Devisa Negara via Ekspor Solar
jpnn.com - JAKARTA - PT Pertamina sudah berhasil membukukan swasembada solar mulai Mei 2016 lalu. Itu menyusul beroperasinya Residual Fluid Catalytic Cracker (RFCC) Cilacap dan Kilang Trans Pacific Petroleum Indotama (TPPI) di Tuban.
Menurut Direktur Eksekutif ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro, bukan saja mengurangi beban anggaran negara yang selama ini dipakai untuk impor, Pertamina juga berpotensi memberikan tambahan devisa negara melalui ekspor solar.
“Surplus solar umumnya hanya temporer, masih ada potensi kebutuhan kita akan meningkat lagi,” kata Komaidi di Jakarta, Selasa (12/7) kemarin.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memperkirakan, penghematan devisa impor BBM jenis solar mencapai Rp 27 triliun dari pemakaian biodiesel pada 2016.
Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Rida Mulyana menyebutkan, proyeksi penghematan tersebut naik signifikan ketimbang 2015 yang hanya menghemat impor solar sebesar Rp 5,1 triliun.
Itu seiring penyerapan campuran nabati (fatty acid methyl ester/FAME) ke dalam solar dari 905 ribu kiloliter (kl) menjadi 6,4 juta kl atau volume biodieselnya sekitar 32 juta kl.
“Penerapan B20 (sebanyak 80 persen solar dicampur dengan 20 persen biodiesel dari kelapa sawit) pada 2016 juga akan mengurangi emisi karbondioksida setara 9-18 juta ton per tahun,” ucapnya.
Komaidi menyatakan, pencapaian Pertamina yang berhasil membukukan surplus produksi solar harus diapresiasi. Selama ini konsumen utama solar adalah sektor industri dan transportasi.