Pertamina Stop Pasokan Avtur ke Merpati
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) Tbk terpaksa menghentikan pasokan bahan bakar avtur ke maskapai penerbangan PT Merpati Nusantara Airlines (MNA) karena utangnya yang sudah menumpuk. Sampai saat ini pembelian avtur yang belum dibayar Merpati mencapai Rp 108 miliar.
Vice President Corporate Communications Pertamina Ali Mundakir mengatakan, berdasarkan kesepakatan antara Pertamina dan Merpati, jika utang telah mencapai lebih dari Rp 100 miliar, maka pihaknya boleh menghentikan pasokan avtur. "Dulu ada perundingan lialibilities (utang avtur) tidak boleh di atas Rp 100 miliar. Jadi kalau utangnya sudah mencapai Rp 108 miliar, terpaksa pasokan dihentikan," ujarnya Sabtu (31/8).
Meski begitu, Pertamina terkesan hanya memberikan shock therapy kepada Merpati karena penghentian pasokan hanya dilakukan di dua bandara. Sejak Jumat (30/8) lalu, Pertamina sudah menyetop pasokan avtur di bandara Juanda (Surabaya) dan bandara Adisutjipto (Jogyakarta). Namun pasokan di bandara Juanda kembali dibuka mulai sabtu (31/8), sehingga hanya di bandara Adisutjipto yang masih distop."Itu nanti sampai Merpati memenuhi komitmennya," kata Ali.
Mengenai hal itu, Direktur Utama Merpati, Capt.Asep Ekanugraha mengaku akan mencari solusi bussines to bussines (b to b) untuk menyelesaikan utang avturnya ke Pertamina. Dia yakin bulan depan, Merpati bisa melunasi sebagian utangnya agar berada dibawah batas yang ditentukan (Rp 100 miliar). Merpati akan berusaha mematuhi kesepakatan itu."Kami sangat menghargai kesepakatan yang telah dibuat bersama antara Pertamina dan Merpati," ungkapnya.
Terkait dengan penyetopan pasokan avtur di bandara Adisutjipto, Asep mengaku hal itu tidak mengganggu aktifitas penerbangan ke Jogyakarta. Pasalnya, Merpati telah melakukan pengaturan operasional sehingga pesawat yang menuju Jogjakarta bisa mengisi avtur di bandara-bandara lain."Sampai saat ini tidak ada hambatan apa-apa (dalam operasional), dan kami akan tetap mengedepankan safety (keselamatan) dan service (pelayanan) kepada penumpang," tukasnya.
Kondisi keuangan Merpati Nusantara Airlines saat ini memang sedang kritis karena utangnya yang mencapai Rp 6,5 triliun. Manajemen Merpati saat ini sedang berupaya melakukan restrukturisasi utang-utangnya."Kondisi keuangan Merpati saat ini rugi dan memiliki utang yang tidak sedikit, sehingga diperlukan pendekatan dengan para kreditur guna mencari cara untuk melunasi utang. Kami terus berkoordinasi dengan mereka," lanjutnya.
Selain dengan Pertamina, Merpati juga memiliki utang ke sejumlah BUMN lainnya antara lain PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Angkasa Pura I dan II, PT Jasindo, dan pihak lainnya. Asep yang baru diangkat menjadi dirut sejak 30 Juli 2013 mengaku akan terlebih dulu membenahi RKAP (rencana kerja dan anggaran perusahaan) dan melakukan stabilisasi aliran uang (cash flow)."Kita juga akan evaluasi sejumlah rute, yang kurang menguntungkan akan ditutup," tegasnya. (wir)