Pertanyaan tentang Makan Babi Terngiang di Benak Bu Susi
Mereka lalu dibiarkan untuk menyelesaikan sendiri masalah tersebut. ”Pendidikan anak usia dini itu didesain dengan bermain,” ujarnya. Karena itu, situasi dalam kelas dibuat menyenangkan.
”Ketika murid di Denmark itu ditanya apakah senang belajar, pasti 90 persen menjawab senang,” jelas dia. Hal itu bermula dari guru. Guru sudah seharusnya menjadi fasilitator.
Susi berniat menerapkan beberapa hal yang didapat dari Denmark. Kepala sekolah dan semua guru di sekolahnya juga setuju.
TK Negeri Pembina itu menerapkan sistem belajar sentra. Anak-anak dibagi dalam tim kecil. Dalam seminggu, ada satu tema yang diselesaikan. Saat Jawa Pos berkunjung ke TK tersebut pekan lalu, murid-murid diajari tema menanam.
Untuk sentra persiapan, mereka dikenalkan dengan nama-nama tumbuhan dan proses menanam. Ada juga sentra balok yang mengajarkan pengelompokan tumbuhan dalam satu petak berdasar jenisnya. ”Sentra ini cocok untuk pembelajaran yang saya contoh dari Denmark. Anak belajar lewat bermain,” kata Susi.
Selain kegiatan belajar dan mengajar, Susi juga mendapatkan pengalaman dari mendatangi perpustakaan di Denmark. Dia kagum karena perpustakaan itu dikunjungi anak-anak hingga lansia.
Menurut dia, hal tersebut bisa terwujud lantaran perpustakaan itu menyediakan apa saja kebutuhan warga. Bahkan, layanan pembuatan paspor. ”Pemerintah di sana memantau warga. Kalau tidak bekerja, pasti belajar. Tidak ada yang menganggur,” ungkapnya.
Menurut cerita yang didapat Susi dari seorang mahasiswa Indonesia yang berkuliah di Denmark, pejabat setingkat kecamatan memantau warga yang akan memiliki anak. Calon orang tua dibekali cara mendidik anak. Tumbuh kembang si kecil pun diperhatikan oleh negara. Di usia enam bulan, anak diwajibkan untuk bersekolah.