Pertempuran 10 November, Bung Tomo Mundur ke Mojokerto
Bung Tomo kemudian menjelma menjadi orator yang pidatonya mampu membius pendengarnya. Pernah suatu kali Bung Tomo mengajak untuk salat Idul Fitri di Surabaya.
Ajakan tersebut berarti merebut kembali Surabaya dari tangan musuh. Pidato itu direspons dengan menyiapkan serangan umum yang dikenal dengan pertempuran 10 November 1945.
Bung Tomo memang dikenang karena seruan-seruan pembukaannya di dalam siaran-siaran radionya yang penuh dengan emosi.
”Begitu kuatnya kata-katanya hingga banyak masyarakat bertindak tanpa memikirkan resiko,” cetus Yuhan.
Hingga akhirnya berdampak dengan banyaknya pejuang yang gugur. ”Mereka diadang lawan sebelum masuk ke Surabaya,” imbuhnya.
Pasca peristiwa bersejarah itu, Bung Tomo juga memilih mundur ke Mojokerto. Dia tempat singgah untuk merancang strategi untuk merebut kembali Surabaya dari tangan Sekutu.
Meski tidak berlangsung lama, namun momen tersebut terabadikan dalam sebuah foto ikonik.
Foto Bung Tomo sedang pidato itu diambil saat Bung Tomo melakukan orasi di salah satu lapangan di Mojokerto. Dan, foto tersebut diambil setelah pertempuran 10 November.