Pertemuan Jokowi-Prabowo Bangkitkan Optimisme
jpnn.com - JAKARTA – Suhu politik yang memanas sejak Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 berhasil didinginkan kembali Jumat pagi (17/10). Joko Widodo alias Jokowi yang memenangi pilpres dan ditetapkan sebagai presiden terpilih mendatangi mantan pesaingnya, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, di rumah almarhum Prof Soemitro Djojohadikoesoemo yang tidak lain adalah ayah kandung Prabowo di Jalan Kertanegara 46, Jakarta Selatan.
Itu merupakan pertemuan pertama keduanya setelah terakhir bertemu dalam debat calon presiden terakhir pada 25 Juli 2014. Setelah itu, praktis dua orang tersebut tidak pernah bersama di satu lokasi. Kebekuan hubungan itu menimbulkan ketegangan yang berkepanjangan, mulai di kalangan elite politik hingga rakyat lapisan bawah (grass root).
Namun, semua itu berakhir menjelang salat Jumat kemarin. Meski berlangsung singkat, yakni sekitar 10 menit, pertemuan keduanya sangat berdampak terhadap banyak sektor, mulai politik, perekonomian, hingga keamanan.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) menilai, pertemuan Jokowi-Prabowo sangat positif dan membawa kesejukan bagi masyarakat. Ketua KPU Husni Kamil Manik menyatakan, pertemuan Jokowi-Prabowo sangat bersejarah karena telah mencairkan kebekuan politik. ’’Saya kira ini akan membawa kesejukan tersendiri bagi masyarakat kita, melihat para pemimpinnya bisa bersatu untuk Indonesia yang lebih baik,’’ katanya dalam acara The 3rd Indonesia Public Relations Awards & Summit (IPRAS) dan The 1st Indonesia Media Research Awards & Summit (IMRAS) di The Rich Sahid Hotel, Jogjakarta, kemarin.
Menurut dia, apa pun yang diperbincangkan dalam pertemuan tersebut, yang jelas, publik sudah melihat mereka bertemu. ’’Setelah pertemuan ini, tentunya bisa dilakukan rekonsiliasi pascapilpres dan keduanya bisa membangun komunikasi yang efektif,’’ kata Husni.
Selain di bidang politik, sejuknya suhu politik setelah pertemuan Jokowi-Prabowo menjadi obat mujarab bagi rupiah untuk melawan tekanan dolar Amerika Serikat (USD). Bahkan, kemarin rupiah menjadi mata uang paling perkasa di kawasan Asia-Pasifik. Berdasar data Jakarta Interbank Spot Dollar Offered Rate (JISDOR) yang dirilis Bank Indonesia (BI), kurs rupiah menguat signifikan sejak siang hingga sore.
Data Bloomberg menunjukkan, rupiah kemarin menguat 150 poin atau 1,23 persen ke level 12.109 per USD. Penguatan itu sekaligus menjadi yang paling tajam di antara 13 mata uang utama di kawasan Asia-Pasifik. Bahkan, kemarin lima mata uang justru melemah terhadap USD, yakni yen Jepang, dolar Taiwan, won Korea Selatan, yuan Tiongkok, dan dolar Australia.
Gairah di pasar valas juga menular ke bursa saham. IHSG kemarin menguat 77 poin (+1,56 persen) ke level 5.028 setelah bergerak di antara rentang 4.953–5.043. Sebanyak 195 saham naik, 102 saham turun, 80 saham tidak bergerak, dan 171 saham tidak ditransaksikan.