Petani Lampung Keluhkan Pupuk, Bibit Hingga Harga Panen kepada Ganjar Pranowo
"Tolong, Pak, bibit harganya selangit. Bibit jagung saja per lima kilo harganya Rp 500.000. Belum pupuk, biaya produksi lahan dan lainnya. Nah waktu panen, harganya anjlok," ujar Jabung.
"Katanya kami ini tuan Bapak, jadi kami minta dilayani oleh Bapak. Tolong layani para petani, Pak. Kami sebenarnya tidak masalah pupuk mahal, bibit mahal, tetapi waktu panen harganya tolong yang tinggi. Tidak seperti sekarang, pasca panen harganya anjlok," timpal Made Swastika, petani Lampung lainnya.
Ganjar dengan serius mencatat dan mendengarkan semua persoalan yang disampaikan para petani Lampung itu. Dia menjawab semuanya dan memberikan solusi dengan baik.
Soal kurangnya penyuluh misalnya, Ganjar sepakat bahwa Indonesia memang kekurangan penyuluh pertanian. Maka penyuluh mesti ditambah.
Soal pupuk langka, Ganjar mengatakan memang stok pupuk sedang menipis. Pupuk bersubsidi banyak yang tidak tepat sasaran, petani besar banyak yang membeli pupuk bersubsidi itu.
"Maka itulah pentingnya data. Saya di Jateng sudah membuat kartu tani untuk mendata itu. Siapa, tanam apa, di mana, berapa luasannya dan kapan panennya. Kalau data itu bisa presisi, maka persoalan pupuk subsidi bisa tepat sasaran," ujar Ganjar.
Ganjar juga menanggapi terkait harga pasca panen para petani. Dia mengatakan harus ada kemitraan antara petani dengan perusahaan besar agar petani mendapat harga yang pantas.
Dia juga mendorong agar para petani tidak menjual hasil secara mentah, melainkan menjadi produk olahan yang memiliki nilai jual tinggi.