Peternak Kerbau Rawa HSU Riau, Banyak Ternak Mereka Mati
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian (Distan) HSU Ir Ilman Hadi, melalui Kabid Kesehatan Hewan dan Veteriner drh I Gusti Putu Susila, membenarkan ternak kerbau rawa di Desa Bararawa, Pal Batu, Sapala dan Tampakang Kecamatan Paminggir terserang cacing hati (Fasciolis) dan terkena serangan Bakteri Clostridium yang mampu membuat kerbau sakit dan akhirnya mati.
Clostridium ini pernah diteliti oleh peneliti dari Balai Teknologi Ternak Bogor pada ternak kerbau rawa. Namun seiring berakhirnya penelitian, vaksin pembasmi Clostridium pun tak beredar lagi. Meskipun diminta untuk memproduksinya, harga vaksinnya sangat mahal.
"Kerbau yang terserang bakteri Clostridium sangat sulit untuk disembuhkan dengan kata lain ternak akan mati. Kalau cacing hati masih bisa diobati melalui pemberian vaksin Septicamia Epizootica. Pemberian vaksin ini gratis dan sudah berjalan," kata Putu melalui sambungan telepon Minggu (17/12) kemarin.
Untuk tindakan awal, pihaknya akan melakukan pemberian vitamin, pemberian obat hati, dan vaksin SE. Untuk pemberian vaksin, syarat utamanya hanya pada kerbau yang sehat saja. Apabila sudah sakit tidak disarankan untuk pemberian vaksin. Bahkan Balai Veteriner Kalsel di Kota Banjarbaru telah mengambil sampel dari lokasi sakitnya kerbau. Meski begitu hasil uji lab belum keluar.
"Kejadian penyakit kerbau ini sudah berlangsung sekitar tiga bulan. Namun karena bakteri Clostridium menyerang organ dalam kerbau secara mendadak, menyulitkan diagnosa. Kerbau yang segar bugar pun, jika terjangkit bisa langsung drop sampai akhirnya mati," ungkapnya.
Sanitasi buruk di sekitar kandang kerbau juga dapat membuat kerbau rawan sakit. Berbeda dengan peternak yang mampu menjaga kebersihan kandang ternak, biasanya kerbaunya akan sehat. "Sanitasi buruk, maaf, kerbau berak dan makan di air yang terkontaminasi bakteri, membuat mudah bakteri ini berpindah. Menjaga kebersihan kandang bisa menghambat terjangkitnya penyakit pada hewan," ujarnya. (mar/by/ram)