Pfizer-gate dan Bill Gates
Oleh: Dhimam Abror DjuraidDunia yang sudah tunggang langgang akibat serbuan Covid-19, menurut Gates, akan lebih tunggang langgang lagi menghadapi serbuan bencana lingkungan. Bagi Gates, menyelesaikan masalah virus jauh lebih ringan dibanding menyelesaikan ancaman bencana lingkungan.
Ia berkeliling dunia selama bertahun-tahun untuk mencari pemecahan dan menghindari bencana lingkungan. Hasil pemikirannya dia tuangkan dalam buku ‘’How to Avoid a Climate Disaster’’ (2021).
Gates merumuskan tantangan besar dunia dalam kalimat sederhana ‘’Dari 51 miliar ton menjadi nol’’. Artinya, sekarang ini penduduk seluruh dunia setiap tahun menghasilkan emisi gas karbon sebanyak 51 miliar ton ke atmosfer dan menyebabkan pemanasan global yang meningkat setiap tahun.
Kalau penduduk dunia mau selamat, tidak ada pilihan lain kecuali menghentikan sepenuhnya produksi emisi karbon itu menjadi nol.
Target itu tidak bisa ditawar lagi, dan target itu harus dicapai pada 2050.
Sebuah jangka waktu yag sangat pendek, tetapi dunia tidak punya pilihan lain yang masuk akal. Manusia harus berhenti memakai energi fosil untuk kehidupan sehari-hari dan menggantinya dengan energi terbarukan.
Itu berarti kita harus berhenti menggunakan AC yang memaki freon. Berhenti memakai mobil berbahan bakar bensin dan beralih ke mobil listrik. Kita harus berhenti total menebangi hutan. Dan, bahkan kita juga harus berhenti makan daging sapi.
Apa yang kita lakukan dalam menikmati hidup selama ini menghasilkan sampah karbon 51 miliar ton setahun yang kita buang ke angkasa. Semuanya harus dihentikan pada 2050.
Semua sepakat bahwa bumi harus tetap bisa bertahan dari bencana pemanasan global, tetapi para pemimpin dunia tidak menyepakati caranya.
Apa yang dipidatokan Jokowi di Glasgow yang kemudian diluruskan oleh para menterinya menunjukkan hal itu.