Pijit Tombol agar Tidak Merasa Dianaktirikan
Selasa, 14 Juli 2009 – 12:31 WIB
Di ruang itu pula guru akan membahas perencanaan dan persiapan mengajar. Juga membicarakan prestasi dan kekurangan santri-santrinya. Melihat ruang guru tersebut, saya langsung bermimpi bahwa madrasah yang lagi kami bangun di Magetan sekarang (International Islamic School Pesantren Sabilil Muttaqin) kelak juga harus punya ruang guru seperti itu. Ruang guru yang bagus tentulah menentukan suasana kejiwaan para guru. Guru yang jiwanya baik pada gilirannya akan bisa mengajar secara baik.
Di atas ruang guru tersebut masih ada gedung teater yang dipergunakan untuk pertunjukan atau acara-acara sejenis. Di teater itu pula malam itu diadakan upacara peresmian madrasah yang dihadiri oleh Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong.
Madrasahnya sendiri berada di kanan teater tersebut. Itulah madrasah Al Irsyad Al Islamiyah Singapura (Tidak ada hubungannya dengan Al Irsyad yang ada di Indonesia). Yakni bangunan empat lantai yang berbentuk U. Ada dua kelompok lift di sekolah tersebut, tapi hanya guru dan tamu atau murid yang memerlukan sarana khusus yang boleh lewat lift. Santri biasa harus turun naik lewat tangga.
Sebagai orang yang sejak kecil hidup di madrasah di pedesaan, tentu saya ngiler berada di madrasah yang sarananya, metode belajarnya, dan pemikirannya begitu modern. Jangan ditanya soal kebersihannya. Parit-paritnya saja sudah didesain secara khusus. Apalagi ruang wudu masjidnya. Inilah ruang wudlu yang di setiap pancurannya disediakan sarana permanen untuk sabun cair. Mirip dengan yang ada di bandara internasional atau di hotel bintang lima.