Pilih Shanghai
Oleh Dahlan IskanBegitu mendarat di Washington dia sudah mengambil kesimpulan: keputusannyi benar. Yakni untuk menarik kembali anaknyi ke Shanghai.
Saat mendarat di bandara pun dia sudah tahu: Amerika sangat sembrono --sangat menganggap enteng pandemi ini. Dia lihat di bandara itu: tidak ada pemeriksaan yang memadai.
Di Washington pun dia lihat sikap orang-orangnya cuek-bebek. Seperti sedang tidak ada pandemi. Jalan-jalan raya masih ramai. Orang masih berlalu-lalang di mana-mana. Restoran masih penuh. ”Ini bahaya,” katanyi dalam hati.
Maka tidak sampai hitungan hari dia sudah berangkat lagi ke bandara. Bersama dua anaknyi. Tujuannya bulat: Shanghai. Anaknyi akan lebih aman daripada di Amerika.
Hanya 36 jam sang ibu di Amerika.
Kelak, beberapa hari kemudian, dia merasa lebih benar lagi. Yakni ketika dia ikuti perkembangan Covid-19 di Amerika. Yang korbannya terus meroket seperti tak terkendali.
Itulah gambaran seorang ibu yang lagi terjepit pandemi di antara dua benua.
Kisah berikutnya tidak hanya menarik, tapi juga penting bagi kita. Agar kita tahu beginilah cara mengelola masyarakat di tengah pandemi.