Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Pilih Tekuni Fotografi karena Jadi Terkenal di Sekolah

Selasa, 31 Desember 2013 – 06:31 WIB
Pilih Tekuni Fotografi karena Jadi Terkenal di Sekolah - JPNN.COM
MENDUNIA: Teresa bersama orang tuanya, Tuti Agustiani dan Heru Setyono, di rumahnya, Minggu (29/12). Dia menunjukkan karya fotonya yang menang. F-GUNAWAN SUTANTO / JAWA POS/JPNN.com

Teresa Patria Prasasya bisa dibilang bocah multitalenta. Dia pintar bermain catur hingga terpilih menjadi atlet Surabaya serta piawai fotografi yang membawanya juara di mana-mana. Yang terbaru, 18 Desember lalu, dia dinobatkan sebagai Young Travel Photographer 2013.
 
GUNAWAN SUTANTO, Surabaya
 
Gurat wajah lelah tampak di wajah Teresa Patria Prasasya. Ya, dia baru saja tiba di Surabaya setelah mudik Natal bersama keluarga di Sragen, Jawa Tengah, dan Ngawi, Jawa Timur.

"Selain liburan, kami sekalian hunting foto," ujar Heru Setyono, ayah Patria, yang malam itu (29/12) mendampingi putri sulungnya tersebut menemui Jawa Pos.
 
Meski kecapekan, Patria tampak bersemangat menceritakan prestasinya menjuarai berbagai lomba foto. Termasuk, prestasi terbarunya menjadi Travel Photographer of the Year (TPOTY) 2013. Sembari mengajak bermain adiknya, Jerome, 3,5, yang malam itu agak rewel, gadis 11 tahun itu bercerita tentang karya-karya foto yang dia kirimkan ke salah satu event fotografi internasional tersebut.
 
Siswi kelas 5 SDN Barata Jaya Surabaya itu tidak menyangka fotonya tentang koloni semut akhirnya dinobatkan sebagai juara. "Sebenarnya ada tiga foto yang saya kirimkan. Tapi, saya tidak menyangka kalau yang juara malah yang ini," ujar Patria sembari menunjukkan pigura besar yang memuat empat frame foto bergambar koloni semut. Foto-foto tentang semut itu dijepret dengan teknik makro.
 
Dua foto lain yang dikirimkan untuk mengikuti lomba tersebut adalah foto tentang suasana Pasar Genteng dan Car Free Day di Taman Bungkul, Surabaya. "Foto itulah yang sebenarnya saya siapkan untuk lomba. Saya hunting bersama ayah," terang gadis kelahiran 4 Desember 2002 tersebut.
Patria mengirimkan dua foto itu karena dianggap mewakili tema lomba, yakni crowded planet. Namun, dua foto tersebut, tampaknya, tidak dilirik tim juri yang terdiri atas beberapa fotografer dunia. Antara lain, Steve Bloom dan Chris Coe.
 
"Foto tentang koloni semut itu sebenarnya hanya untuk stok. Patria sedang belajar motret makro. Karena itu, dia sedang senang-senangnya motret apa saja dari jarak dekat," imbuh Heru yang juga penghobi berat fotografi.
 
Ada empat foto tentang koloni semut yang dikirim Patria. Foto-foto tersebut diambil di teras rumahnya, kawasan Nginden Kota.
 
"Awalnya saya ingin belajar motret semut yang sedang berbaris. Pas kebetulan saat itu banyak semut yang mengerubuti sisa makanan. Akhirnya saya pancing sekalian dengan makanan agar mereka tambah ramai," ceritanya lantas tertawa.
 
Tidak disangka, dalam perebutan makanan itu, terdapat momen yang terjadi secara kebetulan. Seekor semut diserang ramai-ramai oleh semut-semut yang lain. Melihat momen itu, Patria langsung "mengokang" kamera DSLR Canon 1100 D miliknya. Moncong lensa makronya pun makin difokuskan ke adegan pengeroyakan tersebut sembari menekan shutter kamera berkali-kali.
 
Dalam situs resmi TPOTY yang berpusat di Inggris, juri menyebutkan, pada usianya yang masih 10 tahun, Patria dinilai cerdik menangkap momen hilir mudik koloni semut yang berebut makanan.
 
"Tidak mudah menyatukan satu set berisi empat foto seperti ini," begitu ungkapan juri dalam "What the judges thought".
 
Juri juga melihat teknik makro yang dijepret Patria menghasilkan depth of field yang baik. Dengan penilaian itu, ABG kelahiran Sragen tersebut dinobatkan sebagai Young Travel Photographer-14 Years Old & Under. Dia menyisihkan ribuan karya peserta yang masuk dari sekitar 90 negara.
 
Di antara ribuan itu, untuk kategori di bawah 14 tahun, juri memilih enam finalis. Yakni, Miriam Deckmyn (Belgia), Zac Gray (Inggris), Sayeed Mahbuba (Bangladesh), Jonathan Rystrom (Denmark), dan dua dari Indonesia, yakni Patria serta Michael Theodric.
 
"Michael Theodric itu salah satu fotografer idolanya. Saat panitia mengumumkan finalis di website, dia (Patria) sempat berpikir Theodric-lah yang akan jadi juara," ujar Heru kemudian melirik anaknya. Melihat ayahnya mengatakan demikian, Patria tersenyum malu.
 
Tapi, kenyataan berkata lain. Justru Theodric-lah yang pertama memberikan ucapan selamat kepada Patria lewat Facebook ketika pemenang diumumkan lewat website. "Saat pengumuman, saya tidak sempat membuka website. Saya baru tahu ketika membuka Facebook, kok ada ucapan selamat dari Theodric," kenang Patria.
 
Penasaran atas kabar menggembirakan itu, Patria cepat-cepat membuka website: www.tpoty.com. Benar saja, nama Patria dan para pemenang lain terpampang di situ berikut foto-foto karya mereka. "Rasanya senang banget," ujarnya.
 
Karya Patria dan pemenang kategori lain kini disiapkan untuk dipamerkan di Royal Geographical Society di London, Inggris, mulai 11 Juli 2014. Anak pasangan Heru Setyono dan Tuti Agustiani tersebut sangat ingin bisa melihat langsung fotonya dipamerkan di negeri Ratu Elizabeth itu.
 
Bukan kali ini saja Patria menyabet penghargaan internasional dari hobi fotografi tersebut. Dia juga pernah mendapat penghargaan honorable mention dari National Geographic Kids 2012. Pada tahun yang sama, Patria masuk 24 besar kontes foto 24 Scatti Bike, International Photo Contest. Karya foto yang dia kirimkan ketika itu merupakan hasil karya teknik zooming-nya saat memotret perhelatan Jawa Pos Car Free Day di Jalan Darmo, Surabaya.
 
"Sejak kenal kamera, dia saya ikutkan komunitas fotografer. Dia senang belajar teknik-teknik pengambilan gambar," tutur Heru.
 
Pria yang menekuni profesi fotografer wedding itu lantas menceritakan ketika kamera DSLR yang baru dibelinya untuk Patria rusak karena sering dipakai eksperimen memotret berbagai teknik fotografi.
 
"Baru beli beberapa bulan, auto focus-nya sudah rusak. Sebab, saat digunakan zooming, fokusnya lupa dimanualkan," terang Heru.
 
Awal Patria hobi motret, Heru hanya memberi anaknya sebuah kamera poket. Namun, rupanya, dengan kamera itu, Patria tidak pede (percaya diri). "Iya, bawa kamera besar lebih pede, bisa motret macem-macem," ungkap bocah hitam manis itu.
 
Ketertarikan Patria pada fotografi mungkin seperti peribahasa buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Awalnya, Patria hanya ikut membantu ayahnya ngedit foto-foto pre wedding melalui komputer. Dari situ, dia mulai minta diajari motret. Sang ayah lalu sering mengajak Patria hunting foto.
 
"Tapi, anehnya, sampai sekarang dia tidak senang kalau motret model seperti pre wedding," ujar Heru.
 
Dia menambahkan, tidak jarang dirinya hunting bersama putrinya untuk ikut lomba. "Tapi, saya yang sering kalah," ujar Heru lantas terkekeh.
 
Dia mencontohkan ketika mengikuti lomba foto 24 Scatti Bike, International Photo Contest. Patria masuk 24 besar, sedangkan dirinya terpental.
 
"Yang pasti, kami sering berdiskusi dulu mana foto yang layak dikirim dan mana yang tidak. Termasuk saat membuat caption," ujarnya.
 
Mengenai caption foto, Patria hanya bisa tersenyum. Sebab, dia belum fasih berbahasa Inggris. Untungnya, ada fasilitas aplikasi translate di internet yang bisa dimanfaatkan. "Tapi, kan bahasanya tidak sempurna. Akhirnya, saya sering minta bantuan teman lewat Facebook," jelas Patria.
 
Prestasi lain yang pernah dia catat juga cukup mengagumkan. Patria pernah tercatat sebagai atlet catur cilik Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi) Surabaya. Dia beberapa kali mengikuti lomba catur dan keluar sebagai juara. Piala-piala kejuaraan itu kini menghiasi meja belajar Patria. Ada pula foto Patria bersama Wali Kota Tri Rismaharini saat memenangi sebuah kejuaraan catur.
 
Seiring dengan prestasi yang diraih di bidang fotografi, Heru kemudian memberikan pilihan kepada anaknya untuk memilih: catur atau fotografi.
 
"Akhirnya, dia memilih fotografi. Alasannya, coba tanya dia sendiri," ujar Heru.

Mendengar ucapan ayahnya, lagi-lagi Patria malu. Ibunya, Tuti Agustiani, kemudian menjawab. "Katanya, saat menang lomba foto, teman-teman dan gurunya lebih banyak yang tahu dibanding saat menang lomba catur," ujar Tuti.
 
Ternyata, selama ini sekolah Patria mengkliping beberapa berita ketika anak didiknya itu menjuarai lomba foto. Kliping tersebut pun diumumkan. Itulah yang membuat Patria bangga.
 
Selain berharap bisa terbang ke Inggris untuk melihat karyanya dipamerkan, Patria juga sedang menanti hadiah kamera underwater 16 megapixel dari penyelenggara TPOTY. (*/c5/ari)

Teresa Patria Prasasya bisa dibilang bocah multitalenta. Dia pintar bermain catur hingga terpilih menjadi atlet Surabaya serta piawai fotografi yang

Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News