Pilkada Sulsel: Debat Publik Berpotensi Rebut Swing Voters
jpnn.com, MAKASSAR - Menurut pengamat politik dari Universitas Al-Azhar Indonesia (UAI) Ujang Komarudin, dalam rangkaian pilkada - debat publik sangat berpengaruh atas pilihan akhir masyarakat perkotaan yang pada dasarnya melek informasi.
"Kita bisa berkaca pada fenomena Pilkada DKI Jakarta lalu, dan ini sama halnya jika kita tarik ke pilkada Sulsel," katanya.
Sulawesi Selatan, tambah Ujang, sebagai salah satu provinsi terbesar di timur Indonesia, arus informasi yang begitu intens sebagai dampak dari globalisasi juga tak terbendung untuk provinsi ini.
Sehingga dipastikan debat dalam rangkaian pilkada serentak 2018 akan berdampak besar pada pilihan masyarakat Sulsel.
"Kenapa itu berdampak? Karena memang begini, ketika kampanye sudah dilaksanakan, ketika calon-calon gubernur sudah habis-habisan mendekati rakyat, tetapi masih ada swing voters, artinya satu-satunya cara adalah membuat penampilan yang terbaik dalam memaparkan visi misi. Ya tadi, melalui udara seperti televisi, radio dan sebagainya," ungkap Ujang.
Menurut analisa Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) tersebut, sebelum Pilkada DKI 2017 lalu, debat publik belum begitu berpengaruh terhadap pilihan masyarakat.
Namun dengan arus informasi yang saat ini sudah tidak bisa dibendung lagi, dapat dipastikan debat publik memengaruhi pilihan publik dalam pilkada serentak, termasuk memengaruhi pilihan swing voters.
"Saya rasa masyarakat Sulawesi Selatan sudah aware information. Jadi banyak kaum pelajar, kaum cendekiawan yang ada di Sulsel. Bahkan banyak juga tokoh-tokoh nasional yang juga datang dari wilayah selatan, Sulawesi Selatan," tandas Ujang.
"Artinya apa? mau tidak mau, suka tidak suka, (calon) yang tidak mempunyai kemampuan debat yang bagus, tidak mempunyai visi misi yang bagus, ya harus mempersiapkan visi misi, program kerja, penampilan. Karena akan berdampak pada pemilihan."