Potensi Kolaborasi Indonesia-Australia Wujudkan Pusat Pengembangan Mobil Listrik di Dunia
"Kami sadar bahwa cita-cita menjadi 'raja' baterai kendaraan listrik dunia bukan hal yang mudah. Maka dari itu rasanya perlu memiliki mitra kerjasama yang saling percaya dan mendukung, memberi masukan dalam mewujudkan regulasi yang lebih baik," sambungnya.
Kemungkinan peluang kolaborasi dalam industri kendaraan listrik juga dibahas pada pembicaraan sebelumnya antara Indonesia dan para pemimpin Australia, termasuk saat pertemuan bisnis tingkat tinggi bulan November 2022 di Bali.
"Satu bidang yang [pembicaraannya] berpeluang untuk berkembang dari tahun lalu dan memasuki tahun ini adalah [bidang] di sekitar transisi energi [bersih]," kata Jennifer Mathews, presiden nasional Australian Business Council.
"Kedua negara memiliki komitmen yang cukup mendalam untuk mengurangi emisi, keduanya berkomitmen untuk melakukan target sesuai Perjanjian Paris, atau ada beberapa komitmen bilateral seputar transisi energi hijau," kata Jennifer.
"Peluang nyata dan agenda nyata, khususnya bagi Indonesia, adalah melakukan transisi kendaraannya saat ini menjadi listrik."
Tiongkok pimpin rantai pasokan global kendaraan listrik
Sementara Indonesia dan Australia berpeluang menjalin kemitraan baru dalam industri kendaraan listrik, para ahli menilai hubungan rantai pasokan apa pun perlu dilihat dalam konteks global.
Sebagian besar litium Australia mengalir ke Tiongkok, yang sudah berinvestasi besar-besaran dalam transisi energi bersih, termasuk teknologi yang diperlukan untuk memproses litium.
"Setelah proses mencoba-coba dan inovasi, [Tiongkok] sekarang memiliki keunggulan struktural dibandingkan dengan semua negara lain dalam pemrosesan litium," kata Marina Zhang, seorang profesor di Institut Hubungan Australia-Tiongkok di University of Technology Sydney.