Prabowo - Sandi Disarankan Tiru Jokowi – Ma'ruf Amin
jpnn.com, JAKARTA - Pasangan calon presiden Jokowi - Ma'ruf Amin dinilai belakangan ini banyak bermain dengan metafora , menggunakan istilah-istilah yang tak biasa untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat.
Misalnya Jokowi, memunculkan kata sontoloyo dan gendoruwo. Sementara Maruf Amin menggunakan metafora budek - buta.
"Bedanya, metafora yang dipakai Jokowi berasal dari rahim budaya Jawa, sementara metafora yang dikemukakan Kiai Maruf berasal dari literatur Alquran," ujar pengamat politik Afriadi Rosdi kepada JPNN, Senin (19/11).
Afriadi lebih lanjut mengatakan, penggunaan metafora menunjukkan kejeniusan dalam berkomunikasi. Karena ada kecenderungan di masyarakat, pesan yang ingin disampaikan seorang pemimpin sangat mudah dipahami ketika disampaikan lewat metafora.
"Metafora atau penggunaan istilah yang tepat akan memperjelas makna sekaligus meminimalkan distorsi. Ia beresonansi secara langsung dengan emosional pendengar, maka akan langsung klik," ucapnya.
Ketua Pusat Kajian Literasi Media ini juga menilai, metafora membantu komunikasi kepemimpinan menjadi efektif dalam menyampaikan pemahaman terhadap maksud yang diinginkan.
Artinya, seorang pemimpin tak lagi harus berbusa-busa menggunakan kalimat yang panjang dalam menyampaikan pesan utama. Apalagi kalimat panjang bisa menyebabkan distorsi atau noise, dimana maknanya bisa dipahami secara berbeda oleh pendengar.
"Saya kira metafora efektif menyampaikan pesan, karena berasal dari rahim budaya masyarakat. Masyarakat sudah mengerti maknanya tanpa harus dijelaskan. Dengan demikian pesan utama yang ingin disampaikan dicerna secara tepat dan cepat," tuturnya.