Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Pramuka: Prajurit Muda Ketahanan Pangan

Oleh: Fransiscus Go, Pemerhati Pendidikan dan Ketenagakerjaan

Jumat, 09 Februari 2024 – 13:33 WIB
Pramuka: Prajurit Muda Ketahanan Pangan - JPNN.COM
Fransiscus Go, Pemerhati Pendidikan dan Ketenagakerjaan. Foto: dok.pribadi

Siswa SD-SMA bisa mempelajari konsep smart farming sesuai dengan level kemampuan mereka dalam menyerap informasi. Sosialisasi smart farming ini bisa dipelajari dan dipraktikkan secara langsung dalam kegiatan Pramuka.

Sosialisasi smart farming kepada generasi muda merupakan salah satu langkah dalam menjadikan food estate sebagai sebuah gerakan bangsa, bukan program sementara untuk menangani krisis pangan.

Edukasi smart farming kepada pramuka bisa dijadikan salah satu pengetahuan umum yang menarik. Terlebih lagi, jika edukasi smart farming dijadikan salah satu materi pokok dalam pramuka.

Praktik Smart Farming untuk Pramuka

Pada tingkat Siaga (7—10 tahun), kakak pembina pramuka bisa memberikan pengetahuan dasar tentang keunggulan smart farming. Siswa bisa diajak berkunjung ke komunitas pertanian yang sudah menerapkan smart farming. Siswa diberikan motivasi untuk turut mengatasi krisis pangan.

Praktik sederhananya, mereka menghabiskan bekal makan dan tidak membuang makanan. Siswa diajak berdiskusi tentang limbah makanan dalam satu negara yang sebenarnya bisa mencukupi kebutuhan pangan dalam negeri.

Tingkat Penggalang (11—15), siswa diajak untuk melihat konsep smart farming dan mempraktikkan pembuatan alat sederhana dengan bahan baku dari lingkungan sekitar. Contoh, mereka mengamati penyebaran pupuk dengan drone dan menelusuri spesies sayur tropis yang tahan hama, Pengetahuan tentang smart farming bisa dijadikan sebagai bahan salah satu lomba di Jambore nasional.

Tingkat Penegak (16—19), kakak pembina memberikan pengetahuan lebih mendalam tentang smart farming. Kemudian, siswa diajak untuk mengunjungi lokasi komunitas smart farming dan praktik sederhana. Setelahnya, siswa diberi tugas untuk membuat kelompok dan menerapkan smart farming di lahan sekolah.

Siswa bisa berdialog dengan petani secara langsung untuk lebih memahami konsep smart farming. Siswa juga sudah bisa diajak berdiskusi untuk memecahkan masalah dari lahan pertanian yang mereka temukan. Kakak Pembina bisa membuat FGD (focus group discussion) dengan tema-tema tertentu.

Fransiscus Go, Pemerhati Pendidikan dan Ketenagakerjaan, mengulas peran masyarakat Indonesia dalam mewujudkan food estate.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close