Presiden Jokowi Sentil Dua Menteri
jpnn.com, KUTA - Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa perkembangan pendidikan di Indonesia lambat.
Dia pun mengeluhkan tidak kreatifnya Menteri Pendidikan Muhadjir Effendy dan Menristekdikti Mohammad Nasir.
"Kita membutuhkan pembangunan sumber daya manusia. Ini wajib dan harus dilakukan karena menghadapi globalisasi itu. Tidak bisa lagi contoh, training-training, skill, perguruan tinggi, dan universitas itu monoton dan linier seperti yang kita kerjakan sekarang," kata dia dalam sambutannya pada acara Rapimnas Pertama Partai Hanura di Hotel Stones, Kuta, Bali, Jumat (4/8).
Pria yang akrab disapa Jokowi itu mencontohkan seperti jurusan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Di SMK, kata Jokowi, dari zaman lalu sampai sekarang hanya membuka jurusan bangunan, listrik, dan mesin. "Padahal dunia sudah berubah," kata dia.
Seharusnya, Mendikbud melihat kompetisi kebutuhan pekerja dengan membuka jurusan yang kompetitif seperti animasi, video, ritel, dan elektronika.
Dia juga mengomentari Menristekdikti yang tidak melihat peluang untuk menciptakan lulusan handal dan disiplin ilmu yang mendetail.
Selama ini, di perguruan tinggi, hanya membuka jurusan lama seperti ekonomi, hukum, dan, sospol. "Tidak pernah berani detail terhadap apa yang dibutuhkan sekarang ini," tambahnya.
Mestinya, kata dia, Mendikbud dan Menristekdikti membuka jurusan yang dibutuhkan masyakat, pasar, dan negara. "Misalnya masalah fakultas human resources , logistic, ritel platform, atau green building," kata dia.