Produk Kecantikan Ternyata Tidak Selalu Aman
jpnn.com - Produk perawatan kulit "bersih" yang bebas dari bahan kimia tertentu tidak selalu aman daripada produk tradisionalnya. Penulis dalam editorial Jama Dermatology mengatakan, deskripsi produk kecantikan "bersih" atau "alami" ini sebenarnya banyak mengandung bahan-bahan konsentrasi tinggi yang bisa menyebabkan iritasi dan alergi.
"Kami ingin menjelaskan fakta bahwa menggunakan kata ' bersih' adalah model bisnis dan alat pemasaran yang bermain pada tren pada orang-orang yang ingin menggunakan produk alami daripada produk sintetis sekarang," kata Dr. Bruce Brod dari Universitas Pennsylvania di Philadelphia, yang ikut menulis editorial, seperti dilansir laman MSN.
"Sebaliknya, kita perlu mengambil pendekatan yang lebih seimbang ketika memilih produk mana yang akan digunakan pada kulit kita," jelas Brod.
Brod mengatakan ia dan rekannya memutuskan untuk menulis editorial setelah melihat tren dalam beberapa tahun terakhir dimana pasien melaporkan reaksi alergi terhadap produk kecantikan alami. Setiap beberapa minggu, mereka melihat kasus baru dermatitis kontak, atau ruam gatal yang muncul di wajah dan tangan, yang terkait dengan bahan botani atau alami dalam produk kecantikan.
"Banyak dari produk ini yang dipasarkan dan dijual kepada konsumen yang keliru menganggap produk tersebut lebih baik. Kami hanya ingin memastikan bahwa pasien memiliki semua pengetahuan yang tersedia di ujung jari mereka dan memilih produk dengan mata terbuka lebar," ujar Brod.
Produk yang mengandung bahan sintetis dibuat untuk mencegah reaksi merugikan pada kulit, dan pengawet dimaksudkan untuk mencegah komplikasi tersebut.
"Di sisi lain, banyak produk alami mengandung ekstrak botani konsentrasi tinggi yang menyebabkan ruam dan alergi, terutama parfum, krim, lotion, dan aromaterapi yang disebut-sebut minyak atsiri. Kami telah melihat reaksi mengerikan dari anak-anak yang terkena minyak murni," kata Joel DeKoven dari Universitas Toronto.
Grup Dermatitis Kontak Amerika Utara, yang terdiri dari dokter kulit melaporkan hasil uji tempel pada pasien dengan alergi kulit ke database komposit. Mereka kemudian menganalisis data untuk tren.