Puasa Sebulan Tanpa Lebaran
Senin, 02 Mei 2011 – 00:42 WIB
Tapi, nasi sudah menjadi sushi. Acara itu sudah terlalu dekat sehingga tidak mungkin diapa-apakan. Maka, dalam rapat direksi di Pangandaran akhir April lalu saya menyatakan bahwa saya harus bertanggung jawab atas kelemahan saya itu. Semua biaya orang PLN yang berangkat ke acara itu akan saya tanggung secara pribadi.
Ternyata masih ada kejadian lain yang juga membawa korban. Direktur Operasi Indonesia Timur Vickner Sinaga mengemukakan bahwa pertengahan Mei ini ada proyek yang akan jadi yang harus disertifikasi. Itu juga buah simalakama. Tidak disertifikasi berarti pemanfaatkan proyek tertunda. Disertifikasi berarti harus mengundang orang jasa sertifikasi ke lokasi yang berarti harus ada SPPD.
Mau tidak mau, simalakama membawa korban juga. Orang Minang memang bisa menyelesaikan problem buah yang satu itu dengan cerdas. Kalau dimakan mati ibu dan tidak dimakan mati ayah, orang Minang memilih untuk menjual saja buah itu: tidak ada yang perlu mati, bahkan bisa mendapatkan uang. Namun, dalam kasus sertifikasi ini harus ada yang mati. Pak Vickner harus menanggung secara pribadi biaya mendatangkan orang jasa sertifikasi itu ke lokasi. Kebetulan Pak Vickner punya restoran masakan Batak yang sangat maju di Balikpapan. Anggap saja ini zakatnya!