Pungli di Penjara, Sel Nyaman Rp 7 Juta, Bilik Asmara Sejuta
“Ini adik saya,” AY menjelaskan kepada petugas. Setelah itu, petugas meminta dompet dan semua alat elektronik (kamera, HP, dan lainnya) dititip dalam loker besi.
Dari sana, menuju gedung kedua masuk dari pintu 2. Lima menit menunggu di depan pintu besi itu, sipir laki-laki membuka pintu. Dia memeriksa tas dan makanan bawaan.
Bahkan meminta mencicipi mie instan yang sudah direndam air panas. Ada seorang tamping ikut membantu. Lewat sensor X-Ray, kemudian petugas dan tamping itu, memeriksa seluruh tubuh.
Setelah yakin tidak ada barang terlarang dibawa masuk, keduanya lalu mengecap tangan wartawan Sumeki.
Memberi ID card tamu dan kertas besuk napi sambil mempersilakan melewati pintu 3. Saat itu, sang tamping meminta dengan suara samar-samar kepada wartawan Sumeks. “Uang kebersihannya,” kata dia.
Sumatera Ekspres memberi uang sukarela Rp10 ribu kepadanya. Setelah melewati pintu ketiga, gabung keluarga napi lain di ruang pengunjung. Luas ruangan, 15 x 20 meter persegi. Kertas besuk tadi diberikan ke tamping, lalu nama napi DE dipanggil.
Tak lama DE datang ke ruang pengunjung. Dia langsung mencium dan memeluk istrinya.
Blak-blakkan DE cerita kondisinya di penjara. Mulai dari masuk Lapas Narkotika, setelah sebelumnya dikurung di ruang isolasi 6x2 meter persegi yang pengap dan gelap. Isinya sampai 25 napi.